PROSES HISAB AWAL BULAN QAMARIAH
DATA DARI EPHEMERIS HISAB RUKYAT
LANGKAH-LANGKAH
1.
Mencari saat ijtima’, dapat
dilihat pada daftar terjadinya ijtima’ dalam Buku EPHEMERIS HISAB dan RUKYAT
oleh Ditbinbapera Islam Depag. Buku ini diterbitkan setiap tahun dan ada pada
perpustakaan kantor anda.
Sebagai contoh perhitungan, digunakan
Buku EPHEMERIS HISAB dan RUKYAT tahun 2002.
Daftar saat terjadi ijtima’ (lihat
halaman 1 atau halaman 412 atau halaman 426) misalnya untuk awal bulan Syawal
1423 H., ijtima’ terjadi pada hari Rabu tanggal 4 Desember 2002 jam 07.35 menit
(waktu GMT) atau jam 14.35 (WIB), atau 15.35 (WITA), atau 16.35 (WIT).
WIB = GMT + 7 jam atau GMT = WIB – 7 jam.
WITA = GMT + 8 jam atau GMT = WITA – 8 jam.
WIT = GMT + 9 jam atau GMT = WIT – 9 jam.
Untuk selanjutnya kita menghitung awal bulan Syawal 1423
H. di Kota Makassar. Lintang tempatnya : 5° 8´ LS; 119º 27´ BT; tinggi tempat 5 meter.
Ijtima’ : Rabu, 4 Desember
2002, jam 7:35 GMT, atau jam 15:35 WITA (Makassar)
2. Mencari sudut waktu matahari (tʘ)
Rumus : cos tʘ = - tan p tan dʘ + sin hʘ /cos p / cos dʘ
Data : p = (lintang tempat), Makassar : 5° 8´ LS (lihat
daftar lintang dan bujur kota-kota di Indonesia).
Keterangan:
Untuk kota
atau daerah yang berlintang Utara, maka derajat lintang tempat (p)nya bertanda
positif (+), sedangkan untuk daerah yang berlintang Selatan, maka derajat p-nya
bertanda negatif (-). Sehingga untuk kota Makassar yang berlintang selatan (5° 8´ LS), derjat lintangnya adalah negatif (-) atau p = -5° 8´.
dʘ = deklinasi matahari.
Caranya adalah mengbah
WITA pada jam 18.00 menjadi GMT.
Dengan demikian, jika
WITA jam 18.00, maka waktu GMT = 18.00 – 8 jam = 10 jam.
Jadi untuk menentukan
deklinasi matahari, carilah pada DATA MATAHARI tanggal 4 Desember 2002 halaman
384, jam 10.00 tepat pada kolom “Apparent Declination” (kolom kelima) yaitu - 22° 14´ 19´´
hʘ = tinggi matahari saat
terbenam, dengan rumus: hʘ = 0°-SDʘ -
Refrʘ - D´
SDʘ = semi diameter matahari, pada kolom “Semi Diameter” (kolom
ketujuh) jam 10.00, yaitu 16´ 13,62´´ (16 menit 13,62 detik bujur) atau 0° 16´ 13,62´´.
Refrʘ =
Refraksi matahari, lihat “DAFTAR REFRAKSI” pada halaman 433.
Lihat daftar refraksi
ketinggian matahari 0° adalah 34,5´ atau 34´ 30´´ atau 0° 34´ 30´´
34,5 menit dijadikan derajat bujur dengan jalan dibagi 60 jadi 34,5´ : 60 = 0° 34´ 30´´
D´ = Kerendahan ufuk dalam menit bujur, dengan
rumus D´ = 1,76 √M
M = tinggi tempat dalam meter, yaitu tempat di pusat bumi dimana
dilakukan rukyat.
Misalnya
di Makassar dengan ketinggian tempat 5 meter.
Jadi
1,76 √5 = 3.93547964
Oleh
karena kerendahan ufuk itu dalam menit bujur (D´), maka 3.93547964 harus dijadikan
derajat, menit, dan detik bujur, untuk itu caranya adalah 3.93547964 dibagi 60
= 0,06559132733 atau tindis SHIFT ., „ 0° 3´ 56,13´´
Proses hisab pada langkah kedua
ini, selengkapnya sebagai berikut:
hʘ = 0°-SDʘ -
Refrʘ - D´
semidiameter = 0° 16´ 13,62´´
refraksi = 0° 34´ 30´´
kerendahan
ufuk (D´) = 1,76 √M = 0° 3´ 56,13´´
hʘ = 0°-0° 16´ 13,62´´ - 0° 34´ 30´´ - 0° 3´ 56,13´´
hʘ = -0° 54´ 39,75´´
cos tʘ = - tan p tan dʘ
+ sin hʘ /cos p /cos dʘ
tʘ = cos¹ (-tan p tan dʘ + sin hʘ
/cos p /cos dʘ)
= cos¹
(-tan -5° 8´ tan - 22° 14´ 19´´ + sin -0° 54´ 39,75´´
/cos -5° 8´
/cos - 22° 14´ 19´´)
=
93.0942256, lalu dijadikan derajat, tindis SHIFT ., „
= 93° 5´ 93,21´´
3. Mencari waktu matahari terbenam (ghurubus syamsi) sesungguhnya.
Rumus: G =
tʘ : 15 + 12 -
e´ + waktu selisih bujur atau
G =
tʘ /15 + 12 - e´ + (WITA – bujur daerah atau lokal)
Dalam operasionalnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
G = (tʘ /15) + (12 - e´) + ((W – L) /15)
Keterangan:
tʘ = sudut waktu matahari (lihat rumus
langkah kedua). Nilai tʘ pada langkah kedua di atas
adalah 93.0942256 atau 93° 5´ 93,21´´,
lalu dijadikan jam yaitu dibagi 15. Jadi
93° 5´ 93,21´´ /15 = 6.206281707
kemudian dijadikan derajat,
tindis SHIFT ., „ = 6° 12´ 22,61´´ atau jam 6, 12 menit, 22,61 detik.
e´ = perata waktu
(equation of time), lihat dalam “Data Matahari” 4 Desember 2002 halaman 384
kolom terakhir pada jam 10:00, yaitu 9´ 52´´ (9 menit 52 detik) atau 0 jam 9
menit 52 detik. Dijadikan derajat = 0° 9´ 52´´. Atau
dapat juga dengan jalan 9° 52´ /60 = 0° 9´ 52´´
Dalam kalkulator simbol e´
dipakai E (huruf kapital).
W = wilayah waktu.
Kota Makassar adalah berada pada wilayah
Indonesia bagian tengah (WITA) yaitu 120° bujur WITA.
L = bujur tempat (bujur
lokal)
Untuk Makassar bujur tempatnya adalah 119° 27´ Bujur Timur (lihat
daftar lintang dan bujur tempat).
Catatan : Daftar lintang dan bujur tempat
tidak ada dalam buku Ephemeris, karena itu dapat dicari dalam buku Hisab Rukyat
atau sumber lainnya.
Langkah ketiga ini, selengkapnya sebagai berikut:
G = (93° 5´ 93,21´´
/15) + (12 - 0° 9´ 52´´) + ((120° – 119° 27´) /15)
= 18.59183722, dijadikan derajat, tindis SHIFT ., „
= 18° 35´ 30,61´´
Jadi matahari
terbenam pada hari Rabu tanggal 4 Desember 2002 di Makassar adalah jam 18 : 35
menit 30,61 detik, atau jam 10 : 35
menit 30,61detik GMT.
4. Mencari Asensio Rekta
Matahari dan Bulan
Asensio Rekta Matahari (∝ʘ) dan Asensio Rekta
Bulan (∝☾)pada saat matahari
terbenam, dengan cara interpolasi atau penyisipan.
Interpolasi yang dimaksud adalah
selisih antara jam terbenam matahari dengan jam berikutnya berdasarkan GMT,
karena selisih waktu yang dicari, maka selisih tersebut adalah positif.
Jadi interpolasi ini patokannya
adalah waktu terbeanm matahari sesungguhnya (berdasarkan perhitungan langkah
ketiga) dalam waktu GMT.
Dengan demikian, waktu GMT yang
dimaksud adalah pukul 10 35 30,61
Asensio rekta matahari dan bulan
ini dapat dicari dalam “Data Matahari dan Bulan” tanggal 4 Desember 2002
halaman 384 buku “Ephemeris” kolom “Apparent Right Ascension”.
Karena waktu terbenam adalah jam
10 35
30,61 (GMT) atau telah lewat jam
10.00, maka dilakukan interpolasi dengan jam 11.00.
Selisih waktu ∝ʘ dan ∝☾ antara jam 10.00 dan 11.00 tersebut
kemudian dikalikan dengan menit dan detik waktu terbenam. Hasilnya kemudian
ditambahkan dengan ∝ʘ atau ∝☾ pada jam 10.00. Hasil penjumlahan ini kemudian dijadikan derajat.
Untuk jelasnya, caranya sebagai
berikut:
a. ∝ʘ pukul 10.00 GMT = 250° 34´ 25´´
pukul 11.00 GMT = 250° 37´ 08´´
selisih 1 jam = 0° 2´ 43´´
cara untuk memperoleh 0° 2´ 43´´ adalah
: 250° 37´ 25´´

0° 2´ 43´´
∝ʘ 35 menit 30,61 detik = 0° 35´ 30,61´´ x 0° 2´ 43´´
=
0° 1´ 36,47´´
∝ʘ pukul 10:35 menit 30,61
detik =
250° 34´ 25´´
+ 0° 1´ 36,47´´
=
250° 36´ 1,47´´
b. ∝☾ pukul 10.00 GMT = 251° 57´ 59´´
pukul 11.00 GMT = 252° 36´ 42´´
selisih 1 jam = 0° 38´ 43´´
cara untuk memperoleh 0° 38´ 43´´
adalah : 252° 36´ 42´´

0° 38´ 43´´
∝☾ 35 menit 30,61 detik = 0° 35´ 30,61´´ x 0° 38´ 43´´
=
0° 22´ 54,84´´
∝☾ pukul 10:35 menit 30,61 detik =
251° 57´ 59´´
+ 0° 22´ 54,84´´
=
252° 20´ 53,84´´
5. Mencari Sudut Waktu
Bulan
Rumus: t☾ =
∝ʘ - ∝☾ + tʘ
∝ʘ = 250° 36´ 1,47´´ (lihat langkah 4 a)
∝☾ = 252° 20´ 53,84´´ (lihat langkah 4 b)
tʘ = 93° 5´ 39,21´´ (lihat tʘ pada
langkah 2)
t☾ = 250° 36´ 1,47´´ - 252° 20´ 53,84´´ + 93° 5´ 39,21´´
= 91° 20´ 46,84´´
6.
Mencari Tinggi Hilal Hakiki (h☾)
Rumus: sin h☾ =
sin p sin d☾ +
cos p cos d☾
cos t☾
Data: p = lintang tempat yaitu Makassar 5° 8´ LS atau -5° 8´ (lihat juga p dalam
langkah 2)
d☾ =
deklinasi bulan pada jam 10:35 menit
30,61 detik GMT.
Untuk mengetahui deklinasi bulan terlebih dahulu dilakukan interpolasi
(lihat “Data Bulan” pada halaman 384) jam 10.00 dan jam 11.00 kolom “Apparent Declination”.
Dalam melakukan interpolasi
ditempuh cara sebagai berikut: yaitu mencari selisih deklinasi antara jam
ghurub waktu GMT dengan jam sesudahnya lalu dikalikan dengan menit detik ghurub
ditambahkan dengan deklinasi pada jam ghurub GMT.
d☾ jam 10:00 GMT = -22° 50´ 52´´
11:00 GMT = -22° 58´ 36´´
selisih 1 jam (antara jam 10.00 dan jam 11.00) = +0° 7´ 44´´
d☾ 35 30,61 = +0° 4´ 34,61´´
d☾ pukul 10:35 30,61 =
-22° 50´ 52´´ + 0° 4´ 34,61´´
= -22° 46´ 17,39´´
Catatan:
Deklinasi bulan perlu diinterpolasi oleh
karena deklinasi bulan dari jam ke jam sangat besar pengaruh perubahannya, jika
dibandingkan dengan deklinasi matahari pengaruh perubahannya sangat kecil dalam
perhitungannya. Sehingga deklinasi matahari tidak perlu diinterpolasi seperti dʘ pada langkah 2. Oleh karena
deklinasi bulan dari jam ke jam cukup besar pengaruh perubahannya, maka dalam
perhitungan dibutuhkan ketelitian, untuk itu dilakukan interpolasi.
t☾ = lihat pada langkah 5, yaitu 91° 20´ 46,84´´.
Penggunaan Rumus:
h☾ =
sin¹ (sin p sin d☾ +
cos p cos d☾
cos t☾)
=
sin¹ (sin -5° 8´ x sin -22° 46´ 17,39´´ + cos -5° 8´ x cos -22° 46´ 17,39´´ x cos 91° 20´ 46,84´´)
= 0° 44´ 52,6´´
7.
Mencari Tinggi Hilal Mar’i
Untuk
mencari tinggi hilal mar’I dilakukan koreksi-koreksi sebagai berikut:
a. Koreksi Parallaks, dikurangkan.
b. Koreksi Semidiameter, ditambahkan.
c. Koreksi Refleksi, ditambahkan.
d. Koreksi Kerendahan Ufuk, ditambahkan
Parallaks = Horizontal Parallaks (HP) x cos h☾
-
HP dicari pada “Data Bulan” halaman 384 jam 10:00 GMT yaitu 0° 59´ 59´´
-
h☾ = tinggi hilal hakiki (lihat
langkah 6) → 0° 44´ 52,6´´
Parallaks
= 0° 59´ 59´´ x cos 0° 44´ 52,6´´
= 0° 59´ 58,69´´
Semidiameter = Semidiameter bulan (lihat “Data Bulan” jam
10.00 GMT) yaitu 16´ 20,79´´
atau 0° 16´ 20,79´´.
Refraksi = lihat “Daftar Refraksi” pada tinggi nyata (h)
Tinggi nyata (h) diperoleh dari
hasil h☾ - parallaks +
semidiameter
= 0° 44´ 52,6´´ - 0° 59´ 58,69´´ + 0° 16´ 20,79´´
=
0° 2´ 4,99´´
Dengan
demikian refraksi bulan, patokannya adalah pada tinggi nyata bulan yaitu 0° 2´ 4,99´´.
Cari dalam daftar refraksi pada kolom h 0° 02´, refraksinya adalah 29,2´ / 60 = 0,4866666667 lalu dijadikan derajat, tindis SHIFT ., „ = 0° 29´ 12´´
Kerendahan Ufuk (D´) = lihat pada langkah ke-2 yaitu 0° 3´ 56,13´´
h☾m = h☾ - parallaks + semidiameter + refraksi + kerendahan ufuk
= 0° 44´ 52,6,´´ - 0° 59´ 58,69´´ + 0° 16´ 20,79´´ + 0° 29´ 12´´ + 0° 3´ 56,13´´
= 0° 34´ 22,83´´
Jadi tinggi hilal mar’i = + 0° 34´ 22,83´´.
8.
Mencari Azimut Bulan (A☾)
Rumus:
Cotan A☾ = -sin p cotan t☾ + cos
p tan d☾
/sin t☾
A = tan¹(-sin p (1/tan t☾) + cos p tan d☾ /sin t☾)
P = lintang tempat -5° 8´
t☾ = sudut waktu bulan 91° 20´ 46,84´´ (lihat langkah 5)
d☾ = deklinasi bulan -22° 46´ 17,39´´ (lihat langkah 6)
A = tan¹(-sin -5° 8´ x (1/tan 91° 20´ 46,84´´) + cos -5° 8´ tan -22° 46´ 17,39´´
/sin 91° 20´ 46,84´´)
=
-22° 47´ 51,13´´
Mencari Azimut Bulan adalah mencari kedudukan bulan dari matahari.
Mencari
Azimut Bulan sangat penting agar lebih mudah dalam melakukan rukyatul hilal.
Artinya setelah kedudukan bulan diketahui, maka mata/teropong bulan (hilal)
dapat dituju ke arah dimana hilal itu berada.
Jika
nilai A adalah positif (+), berarti hilal berada disebelah Utara titik Barat,
dan jika nilai A negatif (-), maka hilal berada pada sebelah Selatan titik
Barat.
Dalam
contoh di atas (langkah 8), Azimut Bulan (A) adalah -22° 47´ 51,13´´ (negatif), berarti kedudukan bulan berada di sebelah
Selatan titik Barat.
Catatan:
- Jika tinggi hilal adalah positif (+), maka hilal berada di atas ufuk, dan jika negatif (-), berarti hilal berada di bawah ufuk. Para ahli hisab dan rukyat sepakat bahwa apabila hilal masih berada di bawah ufuk (negatif), maka awal bulan qamariah berikutnya jatuh pada dua hari setelah terjadinya ijtima’. Kecuali aliran ijtima’, aliran ini berpendapat bahwa jika ijtima’ terjadi qablal ghurub (sebelum terbenam matahari), maka keesokan harinya (sehari setelah ijtima’) ditetapkan sebagai awal bulan qamariiah berikutnya. Alasannya, ijtima’ merupakan pembatas antara akhir bulan qamariah sebelumnya dan awal bulan qamariah berikutnya.
- Ada yang berpendapat, apabila tinggi hilal nilainya positif (+) atau hilal di atas ufuk, maka malam atau esok harinya adalah awal bulan berikutnya.
- Menurut aliran hisab Taqribi yang rujukan utamanya adalah Kitab Sullamun Nayyirain, berpendapat bahwa hilal dapat dilihat (dirukyah) apabila ketinggiannya 8° 40´ atau 7° atau 6°. Ini berarti jika dalam perhitungan, ketinggian hilal berada di bawah 6°, maka keesokan harinya (sehari setelah terjadi ijtima’) belum jatuh awal bulan berikutnya. Karena itu awal bulan berikutnya jatuh pada 2 hari setelah terjadinya ijtima’.
- Departemen Agama telah menetapkan standar ketinggian hilal 2° baru dapat dilihat (dirukyah). Berdasarkan standar ini, maka apabila hilal masih berada di bawah ketinggian 2°, berarti awal bulan berikutnya adalah 2 hari setelah terjadinya ijtima’. Hal inilah yang dijadikan dasar penentuan awal bulan qamariah.
Sehingga
untuk awal bulan Syawal 1423 Hijriah yang lalu jatuh pada hari Jumat tanggal 6
Desember 2002 atau 2 hari setelah terjadinya ijtima’, yaitu ijtima’ terjadi
pada hari Rabu tanggal 4 Desember 2002. Berdasarkan perhitungan (hisab), tinggi
hilal (hakiki maupun mar’i) pada tanggal 4 Desember tersebut adalah
0° 44´ 52,6´´ (hakiki) atau 0° 34´ 22,83´´(mar’i), yang berarti dalam ketinggian tersebut (berada
di bawah 2°) hilal belum
atau tidak dimungkinkan untuk dilihat (dirukyah).
Penulis
termasuk ke dalam aliran yang terakhir (keempat).
II. RUMUS-RUMUS HISAB
YANG TELAH TERPROGRAM DALAM KALKULATOR ANDA (CASIO ƒx 5500 PA)
Mencari
Ijtima’ (tanpa rumus)
Line 1.
Sudut Waktu Matahari
U = (1,76 √M) /60 ▲ H = 0°– S – R- U ▲ T = cos¹
(-tan p tan D + sin H /cos p /cos D)
Line 2.
Waktu Matahari Terbenam (ghurub)
G = T/15 + 12 – E + ((W – L) /15).
Line 3.
Asensio Rekta Matahari
O = ((G – J) x I) + K
Line 4.
Asensio Rekta Bulan
C = ((G – J) x I) + K
Line 5.
Sudut Waktu Bulan
V = O – C + T
Line 6.
Tinggi Hilal Haqiqi
D = ((G – J) x I) + K ▲ Q = sin¹ (sin p sin D + cos P cos D cos V)
Line 7.
Tinggi Hilal Mar’i
X = Z x cos Q ▲ H = Q – X + S + R + U
Line 8.
Azimuth (kedudukan) Bulan
A = tan¹ (-sin p
(1/tan V) + cos P tan D /sin V)
III. PETUNJUK PENGGUNAAN CALCULATOR CASIO ƒx 5500 PA UNTUK MENGHITUNG AWAL BULAN
QAMARIAH (HISAB RUKYAT)
Tindis AC → ON
SHIFT
AC → OFF
SHIFT → untuk simbol
yang warna kuning pada bagian dasar kalkulator
ALPHA →
untuk simbol yang warna merah pada bagian permukaan
kalkulator
SHIFT BASE-N → untuk simbol yang warna hijau
F₁ → tempat pengisian dan pemaparan rumus-rumus
F₂ → input rumus
F₃ → rumus rumus siap dioperasionalkan
F₄ → operasionalisasi/kalkulasi rumus
F₆ → penyimpanan/file (memori data/rumus). Data yang dapat tersimpan di
sini maksimal 1.095 stip.
Rumus-rumus yang
tersimpan dalam kalkulator anda, baru rumus-rumus untuk hisab rukyah sebanyak 8
line.
Setelah kalkulator dalam
keadaan ON, anda dapat mengeceknya kembali dengan cara, tindis SHIFT CALC
F₁, pada layar kalkulator anda muncul rumus ke 8
(line 8) yaitu :

A = tan¹ (-sin p
(1 ………….

1.



Untuk mencari rumus
langkah 2 (berada pada line paling bawah), tindis ⇓ sampai anda mendapatkan rumus: U = (1,76 √M) /60 ▲ H = 0°– S –




Untuk selengkapnya rumus ini, anda
tindis ⇒ sampai akhir rumus. Rumus
langkah 2 dalam kalkulator anda adalah:
U = (1,76 √M) /60 ▲ H = 0°– S – R – U ▲ T = cos¹ (-tan p
tan D + sin H /cos p /cos D)
Data : M = 5
tinggi tempat dalam meter
S = 0° 16´
13,62´´ SD
R = 0° 34´ 30´´ Refr
U = 0° 3´
56,13´´ Kerendahan ufuk
P = -5° 8´ lintang tempat
D = -22° 14´ 19´´ dʘ
H = -0° 54´
39,75´´ tʘ



U = (1,76 √M) /60




U = (1,76 √M) /60





S R
F₁ F₂
![]() |
Artinya
masukkan data S ke F₁ dan R ke F₂, tindislah nilai S
yaitu 0° 16´ 13,62´´ tindis F₁ dan muncul 0,27045
Lalu
tindis nilai R yaitu 0° 34´ 30´´, tindis F₂ muncul :



S R
F₁ F₂
![]() |
![]() |
||
tindis F₆
muncul : H = 0°- S – R – U
-0,9110413273
![]() |









![]() |
![]() |
![]() |



P D
F₁ F₂
![]() |



93,09422523
![]() |
|
![]() |
tindis SHIFT ., „ T = cos¹ (-tan p …
93° 5´ 39,21´´
inilah nilai T

Langkah 3. Waktu
Terbenam Matahari (Ghurub)
Rumus : G = T/15 +
12 – E + ((W – L) /15).
Data:
G = ?
(dicari) → waktu matahari terbenam
T
= 93° 5´ 39,21´´ → sudut waktu matahari (dari langkah 2)
E
= 0° 9´ 52´´ → perata waktu
W = 120°
→ bujur WITA
L = 119° 27´ → bujur daerah (Makassar)







T E
W L CAL




















18° 35´ 30,61´´
![]() |
Jadi waktu
terbenam matahari adalah jam 18 : 35 menit 30,61 detik.
Langkah
4 a : Asensio Rekta Matahari
Rumus
: O = ((G-J) x I) + K
Data:
O = ? (dicari) yaitu Asensio Rekta Matahari
pada jam 10 : 35 30,61 GMT.
G = 18°35´ 30,61´´ → Ghurub (waktu terbenam matahari)
J = 18° atau 18 jam → jam/derajat
pada ghurub, tanpa memasukkan menit dan detik ghurub.
I = 0°2´ 43´´ selisih 1 jam ∝ʘ
Asensio Rekta
Matahari (∝ʘ)
∝ʘ jam 10.00 GMT = 250°34´ 25´´
jam 11.00 GMT = 250°37´ 08´´
250°37´ 08´´ - 250°34´ 25´´ = 0°2´ 43´´
K = 250°34´ 25´´ → Asensio Rekta Matahari pada jam terkecil (jam 10:00)







G J
I K




3.
Tindis 18 F₂ muncul 18
G J
I K
![]() |
|
![]() |
Tindis 0°2´ 43´´ F₃ muncul 0.4527777778









Langkah
4 b : Asensio Rekta Bulan
Rumus
: C = ((G-J) x I) + K
Data:
C = ? (dicari) yaitu Asensio Rekta Bulan pada
jam 10: 35 30,61 GMT
G = 18° 35´ 30,61´´
J = 18
I =
0° 38´ 43´´ (selisih 1 jam antara jam 10 dan 11 GMT)
∝☾ Jam 10.00 = 251° 57´ 59´´
Jam 11.00 = 252° 36´ 42´´
Selisih 1 jam :
252° 36´ 42´´ - 251° 57´ 59´´ = 0° 38´ 43´´
K =
251° 57´ 59´´ → ∝☾ pada jam 10.00







G J
I K




3.
Tindis 18 F₂ muncul 18
G J
I K
![]() |
|
![]() |
Tindis 0°38´ 43´´ F₃ muncul 0.645277…
G J
I K
F₁ F₂ F₃ F₄
![]() |



G J
I K
F₁ F₂ F₃ F₄
![]() |




Langkah
5 Sudut Waktu Bulan
Rumus:
V = O – C + T
Data:
V = sudut waktu bulan ? (dicari)
O = langkah 4 a (∝ʘ)
C = langkah 4 b (∝☾)
T = langkah 2 (tʘ)
Tindis
SHIFT CALC F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst.
sampai rumus : V = O – C + T



O C
T

Nilai O pada F₁, C
pada F₂ dan T
pada F₃ tidak perlu diinput lagi karena sudah ada
pada langkah sebelumnya.





Langkah 6 Tinggi Hilal Haqiqi
Rumus:
D = ((G-J) x I) + K ▲ Q = sin¹(sin p sin D + cos P cos D cos V)
Data:
D = ? (dicari) deklinasi bulan (d☾)
G =
18° 35´ 30,61´´
J = 18
I =
0° 7´ 44´´ (selisih 1 jam deklinasi bulan jam 10.00 dan
jam 11.00 GMT)
d☾
Jam 10.00 GMT = -22° 50´ 52´´
Jam 11.00 GMT = -22° 58´ 36´´
Selisih 1 jam :
22° 58´ 36´´ - 22° 50´ 52´´ = 0° 7´ 44´´
K = -22° 50´ 52´´ → d☾ pada jam 10.00
P = -5° 8´ telah terinput.
D = telah terinput.
V = (sudut waktu bulan)
pada langkah 5.
Tindis
SHIFT CALC F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst.
sampai rumus : D = ((G-J) …



G J
I K






Tindis 0°7´ 44´´ F₃ muncul 0.12888…
G J
I K




G J
I K
F₁ F₂ F₃ F₄
![]() |







P V
F₁ F₂
![]() |
Nilai P pada F₁ dan V
pada F₂ telah terinput pada
langkah sebelumnya.




Langkah 7 Tinggi Hilal Mar’i
Rumus: X = Z × cos Q ▲ H = Q – X + S + R + U
Data :
X = ? (dicari) = Parallaks
Z = 0° 59´ 59´´ yaitu Horisontal Parallaks
(HP)
Q = 0° 44´ 52,6´´ → tinggi hilal haqiqi (langkah 6)
H = ? (dicari) → tinggi hilal mar’I
S = 0° 16´ 20,79´´ → semi diameter bulan pada jam 10.00
GMT.
R = 0° 29´ 12´´ → refraksi bulan (lihat
penjelasan refraksi bulan sebelumnya)
U = 0° 3´ 56,13´´ → kerendahan ufuk (D´)
→ lihat langkah 2.
Tindis
SHIFT CALC F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst.
sampai rumus : X = Z × cos
Q…



Z Q

![]() |
Tindis 0°59´ 59´´ F₁ muncul 0.99972…
Z Q
F₁ F₂
![]() |
Nilai Q pada F₂ tidak perlu diinput lagi karena sudah ada
pada langkah sebelumnya.







S R
U
F₁ F₂ F₃
![]() |



S R
U




S R
U

Nilai U pada tidak perlu
diinput lagi, sama dengan U pada langkah 2.




Langkah 8 Azimut Bulan
Rumus : A = tan¹(-sin
p (1/tan V) + cos P tan D/ sin V)
Data:
P = telah diinput pada
langkah 2
D = telah diinput pada
langkah 6
V = telah diinput pada
langkah 5
Tindis SHIFT CALC F₁ F₂ F₃ F₄ F₆ SHIFT ., „ muncul
:




Tidak ada komentar:
Posting Komentar