Pendengar RSPD REMBANG BANGKIT yang berbahagia,
Mengawali pertemuan kita
pada malam hari ini, syukur terhadap nikmat Allah yang telah diberikan kepada
kita, tentu harus kita lakukan dengan cara meyakini bahwa semua yang kita
miliki adalah pemberian dari Allah SWT,kita ikrarkan dengan mengucapkan
Alhamdulillah dan yang paling penting adalah mengaktualisasikan sesuai dengan
aturan-aturan Allah.Dengan begitu, semoga Allah SWT akan memberikan nikmat yang
lebih banyak lagi kepada kita dan kita tidak termasuk golongan orang-orang yang
kufur.Amin......
Salam dan sholawat semoga
tetap tercurah terhadap junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW, semoga kita
sebagai umat yang sering bersholawat untuk beliau mendapatkan syafa’at, semua
hajat kita dapat terlaksana dengan baik serta rizki kita akan dilapangkan oleh
Allah SWT. Amin.........
من عسرت عليه حاجته فليكثر من االصلاة على فانها تكشف
الهموم والغموم والكروب وتكثر الارزاق وتقضى الحواءج
“Barang siapa kesukaran hajatnya, maka hendaknya dia memperbanyak
membaca sholawat untuk saya.
Karena sesungguhnya sholawat itu dapat menghilangkan susah,sedih dan kesukaran
serta melapangkan rizki dan menyebabkan terlaksananya semua hajat”.
Kaum muslimin wal muslimat rohimakumullah....
Saya kembali mengajak kepada saudara-saudara
semua,terutama pribadi saya untuk merenungi kembali/introspeksi/mahabbah
tentang apa yang telah kita perbuat selama ini?Apakah sudah melaksanakan
perintah-perintah Allah?Kalau merasa sudah,sampai sejauh mana dan seperti apa
kwalitas ketaatan tersebut? Dan apakah kita juga sudah menjauhi
larangan-larangan Allah?Tanyakan pada hati nurani kita masing-masing.Astaghfirullaahal
‘adliim 3X.................
Pendengar RSPD Skh yang berbahagia,
Manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna
,yang hidup didunia ini kebanyakan pandai beralasan dalam berbagai hal.Terutama
apabila diperintah oleh Allah untuk beribadah,baik ibadah mahdloh maupun ghoiru
mahdloh.Seperti misalnya :Ketika diperintah untuk menegakkan sholat tepat
waktu,mereka beralasan yang sibuklah,yang gak punya waktulah,suka menunda-nunda
waktu dengan berbagai alasan yang mereka kemukakan.Ketika diperintah untuk
berinfaq/bershodaqoh/zakat,mereka beralasan yang tidak punya uang,belum
longgar,hidupnya baru pas-pasan/miskin dsb.Ketika diperintah untuk
berdzikir,mereka juga beralasan,yang tidak punya waktu/sibuklah,keburu ini dan
itu,yang tidak ada dasarnya dsb.Ketika diperintah untuk menjauhi
larangan-larangan Allah selalu saja mereka bisa beralasan.Padahal kita ketahui
bersama bahwa diakhirat nanti semua alasan yang dikemukakan itu tidak akan
digubris oleh Allah SWT.Dan anggota tubuh yang lain pasti akan memberikan
kesaksian kepada-Nya.Seperti firman Allah dalam Surat Al-Qiyaamah ayat 13-15 :
(#às¬6t^ムß`»|¡RM}$# ¥‹Í´tBöqtƒ $yJÎ/ tP£‰s% t¨zr&ur ÇÊÌÈ È@t/ ß`»|¡RM}$# 4’n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR ×ouŽÅÁt/ ÇÊÍÈ öqs9ur 4’s+ø9r&
¼çntƒÏŒ$yètB ÇÊÎÈ
“Pada
hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang
dilalaikannya.Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.Meskipun
dia mengemukakan alasan-alasannya”.
Maksudnya ayat
14 dari Surat Al-Qiyaamah ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia
menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan seperti tersebut
dalam surat An-Nur ayat 24.
tPöqtƒ ߉pkô¶s? öNÍköŽn=tã öNßgçFt^Å¡ø9r& öNÍk‰Ï‰÷ƒr&ur Nßgè=ã_ö‘r&ur $yJÎ/ (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇËÍÈ
“Pada
hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap
apa yang dahulu mereka kerjakan”.
Disebutkan
pula pada QS Fushilat ayat 20-21 :
#Ó¨Lym #sŒÎ) $tB $ydrâä!%y` y‰Íky öNÍköŽn=tã öNßgãèôJy™ öNèdã»|Áö/r&ur Nèdߊqè=ã_ur $yJÎ/ (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇËÉÈ
(#qä9$s%ur öNÏdÏŠqè=ßÚÏ9 zNÏ9 öN›?‰Îgx© $oYø‹n=tã (
(#þqä9$s% $uZs)sÜRr& ª!$# ü“Ï%©!$# t,sÜRr& ¨@ä. &äóÓx«
uqèdur öNä3s)n=s{ tA¨rr& ;o§tB Ïmø‹s9Î)ur tbqãèy_öè? ÇËÊÈ
20. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka,
pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang
apa yang Telah mereka kerjakan.
21. Dan mereka
Berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap
kami?" kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu
pandai Berkata Telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang
menciptakan kamu pada kali pertama dan Hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan".
Kaum muslimin rohimakumullah,
Seorang ahli fiqih ( Abul Laitsi ) berkata :
“ Besuk pada hari Qiyamat akan didatangkan empat
kaum/golongan,setiap golongan dari mereka akan mengajukan alasan,akan tetapi
alasan mereka tidak diterima.Mereka adalah :
- Orang kaya beralasan : “ Sungguh saya adalah orang kaya dan saya sibuk dengan hak-hak dan urusan harta saya, maka saya tidak bisa menyembah Engkau”.
Maka Allah SWT
berfirman : Sungguh Nabi Sulaiman memiliki dan merajai semua yang ada diantara
dunia timur dan dunia barat,diapun tidak mendurhakai Tuhan-Nya.Maka alasanmu
tidak diterima.Maka mereka langsung dihalau ke neraka.
- Orang fakir beralasan dengan kefakirannya.Maka Allah membandingkannya dengan Nabi Isa Alaihissalam
- Golongan hamba/budak beralasan dengan pelayanannya terhadap tuan/majikannya
Maka Allah
membandingkannya dengan Nabi Yusuf Alaihissalam
4. Orang yang sakit beralasan sebab sakitnya.
Maka
Allah membandingkannya dengan Nabi Ayub Alaihissalam.
Pendengar Radio RSPD Skh yang kami hormati,
Dari uraian
dan ayat tersebut diatas,mari kita renungkan bersama dan kita tanya pada diri
kita masing-masing,masih seperti itukah kita?
Agar kita tidak termasuk golongan orang yang tersebut
tadi,maka mari kita tingkatkan kwalitas ibadah kita kepada Allah SWT,agar kelak
diakhirat timbangan amal kebaikan kita jauh lebih berat dibandingan kejelekan
kita.Untuk menuju kesana maka diperlukan amalan-amalan yang banyak,diantaranya
: Seperti Sabda Nabi yang diriwayatkan Bukhori :
كلمتان خفيفتان على اللسان ثقيلتان في الميزان حبيبتان الى الرحمن
"سبحان الله
وبحمده سبحا ن الله العظيم"
Dua kalimat, keduanya ringan didalam lisan
(diucapkan),berat didalam timbangan dan disukai Allah yang Maha Rohman yaitu : “Maha
suci Allah dengan pujianNya,Maha suci Allah yang Maha Agung”.
Firman Allah SWT : “Demi keperkasaanKu dan
ketinggianKu,barangsiapa
-
membaca kalimah laa ilaaha illaahu muhammadur
rasuulullaahi sekali dengan i’tiqad/dengan yakin maka dia bisa menyeberang
jembatan shirathal mustaqim laksana halilintar yang menyambar.
-
Mendermakan semitsal buah tamar (kurma) karena Allah maka
dia bisa memenuhi timbangan.
Dan masih banyak amalan-amalan yang lain yang berguna
agar timbangan perbuatan baik kita lebih berat.Selama perbuatan / tradisi
/sunnah itu baik,maka mari kita kerjakan,seperti yang telah disabdakan
Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan Bukhori :
من سن سنة حسنة فله اجرها واجر من عمل بها ومن سن سنة سيءة فعليه وزرها
ووزر من عمل بها
“Barangsiapa membuat suatu sunnah/perlakuan yang baik ya’ni
didalam islam lalu dia diikuti dalam sunnah ini, maka baginya apahala dari
sunnah itu dan pahala dari orang yang mengamalkannya”.artinya tiap-tiap orang
yang mengerjakan sunnah itu sesudahnya maka dicatat pula baginya ( orang yang
pertama ) pahalanya.
“Dan barang siapa membuat sunnah/tradisi/perlakuan yang
jahat,maka dia diikuti dalam sunnah yang jahat ini, maka baginya dosa dari
sunnah yang jahat itu dan dosa dari orang yang mengerjakannya,ya’ni orang yang
menngerjakan tradisi yang jahat sesudahnya,maka dicatat pula baginya ( orang
yang pertama ) dosanya”.
Allah SWT juga berfirman dalam Surat Yaasin :
$¯RÎ) ß`øtwU ÌÓ÷ÕçR 4†tAöqyJø9$# Ü=çGò6tRur $tB (#qãB£‰s% öNèdt»rO#uäur 4
“Sesungguhnya
kami( Allah ) akan menghidupkan orang-orang mati” (artinya orang-orang mati
tatkala dibangkitkan) dan kami( Allah ) mencatat apa yang telah mereka kerjakan”.(dari
amal yang baik dan yang buruk dan juga jejak mereka,ya’ni apa-apa yang mereka
perlakukan dari sunnah/tradisi/perlakuan yang baik dan sunnah/tradisi/perlakuan
yang buruk.
Dengan
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji
bagi Allah, yang maha mengetahui seluruh rahasia tersembunyi dan
dimana hati mukminin bergetar tatkala mendengar asma-Nya. Shalawat dan salam
semoga tercurah pada penghulu sekalian
Rasul, penyempurna risalah Ilahi beserta keluarganya.
Saya
ucapkan banyak terima kasih atas partisipasi rekan-rekan kerja,majelis taklim
dan mjelis-majelis dzikir serta semua fihak dalam kontribusinya pada syiar
Islam di bidangnya masing-masing. Kepada
Kakandepag dan Kasi Penamas Kantor Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo, saya
juga menghaturkan terima kasih atas nasehat dan bimbingannya yang bermanfaat
dalam menuju kehadirat Ilahi.
Dalam
kesempatan ini, saya akan menyampaikan sebuah gagasan untuk sedikit meluruskan
tentang prilaku-prilaku sebagian manusia yang menginginkan yang serba
instan.Termasuk dalam hal menapaki tahapan-tahapan pendekatan dirinya pada
Allah Sang Kholik. Dan pada akhirnya mereka berfikir betapa susah ajaran islam
ini untuk diamalkan. Sehingga tidak salah lagi kebathinan dan dunia klenik
mistis perdukunan jadi pelabuhan jiwanya. Sementara sebagian lagi terjebak oleh
retorika ilmiah yang disajikan dengan memisahkan tidak ada hubungannya dengan
agama sama sekali., apalagi dengan dunia mantra-mantra.
Dalam hal
ini saya tidak akan membahas mengenai bagaimana dan tidak akan membuka
perdebatan masalah apa yang dilakukan orang lain.
Makna
Syariat
Dalam
makna syariat, umat Islam sering terjebak dalam pengertian sempit sehingga tak
jarang kehilangan substansinya. Dan akibatnya, mereka hanya melakukan ibadah
seremonial dan tidak mendapatkan sesuatu yang berharga yakni pembuka jalan
menuju "kebenaran syariat".
Sikap
terhadap shalat misalnya, betapa banyak nilai penghayatan dan kekhusyu’an yang
terabaikan. Shalat bukan lagi sebagai kebutuhan dialog dan memohon petunjuk
tetapi telah berubah sebagai kewajiban yang harus dipenuhi dengan berbagai
macam larangan dan ancaman yang mengerikan. Sehingga terasa sekali muncul
ketidaknyamanan dalam setiap melakukan syariat Islam. Hal ini tidak ubahnya
tawanan perang yang harus memenuhi kewajiban membayar upeti seraya terbayang
betapa kejamnya sang penguasa.
Belum
lagi dalam melaksanakan petunjuk Al Qur’an yang terasa dikejar target syarat
sahnya syariat selain hitung-hitungan amal, dan jarang mengarah pada pemahaman
akan fungsi syariat itu sendiri. Setiap syariat (aturan Allah) merupakan jalan
dengan segala rambu-rambunya menuju hikmah yang dikandung di dalam teks dan
praktek secara sempurna, serta pembuka tabir dibalik "firman".
Syariat
bukan hanya untuk dibaca dan disucikan tanpa menyentuh isi tujuan yang dibaca,
seperti tercantum dalam surat
Al Alaq 1-5 : "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah ! dan Tuhanmu yang paling pemurah. Yang
telah mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya".
Memang,
Al Qur’an adalah firman Allah yang disucikan sehingga memegangpun harus suci
dari hadast, namun hal ini bukan berarti haram bagi manusia untuk memahami
sesuai dengan kadar pemikiran dan pemahamannya. Sebab Al Qur’an itu diturunkan
sebagai petunjuk manusia dan semesta alam.
Sikap
jumud (pendek akal) ini pun pernah diprotes RA Kartini pada gurunya, KH Sholeh
Darat, ketika ia mengusulkan agar Al Qur’an itu diterjemahkan. Saat itu, ia
merenungkan kondisi bangsa Indonesia
yang mengalami kemunduran pemikiran. Bagi Kartini, Al Qur’an yang begitu agung
tidak hanya bacaan suci yang berpahala dan pengobat hati saja, namun ia
merupakan petunjuk hidup di dunia maupun di akhirat. Menurutnya, andai Al Qur’an
sudah diterjemahkan waktu itu, insya Allah bangsa Indonesia akan sadar pada
integritasnya sehingga tidak akan mau menjadi budak Belanda.
Kata
"iqra" merupakan jendela untuk melihat kehidupan alam semesta yang
luar biasa luasnya. Ayat ini menyiratkan makna, betapa Al Qur’an membuka
cakrawala dunia ilmu (pengetahuan) yang dapat digali melalui kata ‘baca’.
Sejarah dunia pun mengakui bahwa pada abad ke tujuh Islam telah mengalami masa
kejayaan dan peradaban yang pesat.
Islam
telah berhasil mengembangkan khazanah landasan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga sampai abad ke tiga belas dilakukan secara terus-menerus penggalian
dan pengembangan ilmu pengetahuan yang kelak dijadikan landasan ilmu
pengetahuan modern. Bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang dikembangkan
oleh barat yang baru dimulai pada permulaan abad 15 sampai sekarang.
Dengan
bersyariat secara benar, Islam mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
secara pesat. Dengan meningkatnya pengetahuan, kita mengenal sifat dan perilaku
alam, gejala-gejala alamiah yang komplek atau musykil dapat kita terangkan dan
uraikan menjadi gejala-gejala yang lebih sederhana yang mudah kita ketahui.
Dari sini
muncul teori untuk menerangkan suatu gejala, ataupun teori yang disusun untuk
meramalkan gejala yang akan terjadi bila diadakan suatu percobaan tertentu
dalam laboratorium. Kemudian dilakukan eksperimen untuk menguji kebenaran suatu
teori. Begitu seterusnya, hingga sains natural tumbuh dan berkembang terus dari
hasil serangkaian kegiatan kaji-mengkaji secara struktural dan sistimatis silih
berganti (disebut intizhar). Hal tersebut hanya dapat terjadi dalam suatu
generasi yang begitu gigihnya melakukan intizhar (penelitian) atas dasar
keislaman yang terkandung dalam Al Qur’an.
Dan bukan
dengan cara disucikan dalam makna yang keliru sehingga muncul kerancuan ilmu
pengetahuan yang diakibatkan oleh penyampaian tentang Islam yang tidak Islami.
Akibatnya bisa kita lihat dan rasakan sekarang bagaimana kebanyakan orang
menganggap belajar fisika, biologi, kimia dan ekonomi bukan ilmu islam. Mereka
anti pati dengan ilmu dunia yang dianggap bukan berasal dari Al Qur’an, dan
mereka hanya kenal tentang islam sebagai musabaqoh Al Qur’an, haji, zakat, dan
shalawat nabi serta upacara-upacara seremonial, berikut segala larangan dan
ancaman, amalan dan ganjaran, tidak lebih dari itu, dan selain itu ditolak
habis.
Para cendekiawan barat mengakui bahwa Jabir Ibnu
Hayyan (721-815) adalah orang pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam
kegiatan penelitiannya di bidang alkemi yang kemudian oleh ilmuan barat diambil
alih serta dikembangkan menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai ilmu
kimia. Sebab Jabir yang namanya dilatinkan menjadi Geber adalah orang yang
telah melakukan intizhar dan merupakan orang pertama yang mendirikan suatu
bengkel dan mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-mineral dan
mengekstraksi menjadi zat-zat kimia dan mengklasifikasi-kannya.
Di dalam
sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh sarjana Eropa disebutkan bahwa
Mohammad Ibnu Zakaria ar-rozi (865-925) telah menggunakan alat-alat khusus
untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan ahli kimia seperti
distilasi, kristalisasi, kalsinasi dan sebagainya. Buku Ar-rozi, yang namanya
dilatinkan menjadi Razes, dianggap sebagai manual atau buku pegangan
laboratorium kimia yang pertama di dunia, dan dipergunakan oleh para sarjana
barat, yang baru berabad-abad kemudian mempelajari sains yang telah
dikembangkan oleh umat islam, di universitas-universitas islam di Toledo dan Cordoba,
Spanyol.
Terlalu
banyak ilmuwan islam dan karya mereka untuk disebutkan pada kesempatan ini, dan
begitu dalam pula pengaruh terhadap karya tokoh-tokoh ilmiah itu di Eropa dalam
hal perkembangan ilmu pengetahuan hingga masih dirasakan berabad-abad kemudian.
Apakah sebabnya
pada masa dahulu umat islam giat sekali mengembangkan islam secara mendalam
baik dalam bidang hukum, filsafat, sains, maupun tasawuf. Namun sebaliknya
apakah yang kita lihat dan rasakan pada masa sekarang di abad ke dua puluh satu
ini?
Di pesantren-pesantren
serta perpuskaan-perpustakaan islam hanyalah tersisa berupa kitab lusuh klasik
yang "dikeramatkan" dan "dikomersilkan" seperti imriti
matan, jurumiah, bulughul marom, madzahibul arba’ah yang kesemuanya itu
pelajaran-pelajaran tata bahasa arab belaka serta ilmu-ilmu fiqih yang sudah
dipatenkan. Pintu ijtihad sudah ditutup !!
Sesungguhnya
di dalam Al Qur’an banyak diperoleh ayat yang mendorong umat islam untuk
melakukan intizhar dan menggunakan akal pikiran seperti tercantum dalam ayat
101 surat Yunus
memerintahkan : "Katakanlah (hai Muhammad) perhatikanlah dengan
intizhar/nazar apa-apa yang ada di langit dan di bumi". Bahkan dalam ayat
17-20 surat Al
Ghasiyah dipertanyakan : "Maka apakah mereka tidak melakukan intizhar dan
memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ia
ditinggikan. Dan gunung bagaimana ia didirikan. Dan bumi bagaimana ia
dibentangkan. Maka berikanlah peringatan karena engkaulah pemberi
peringatan".
Penggunaan
akal pikiran untuk dapat mengungkapkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran
Allah ditegaskan dalam surat
An-Nahl 11 : "Dia menumbuhkan bagimu dengan air hujan itu, tanaman zaitun,
korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu
merupakan ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
berfikir."
Yang
kemudian dilanjutkan dalam ayat 12 : "Dan Dia menundukkan malam dan siang,
matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah
bagi orang-orang yang menggu- nakan akal"
Sebenarnya
didalam ayat ini tercantum juga ungkapan bahwa Allah menundukkan dan mengatur
perilaku matahari, bintang, dan bulan dengan perintah-Nya. Peraturan Allah
inilah yang diikuti oleh seluruh alam semesta beserta isinya, bagaimana ia
harus bertingkah laku. Yang kemudian oleh manusia disebut sebagai hukum alam,
atau peraturan yang diikuti oleh alam.
Lebih
jelas lagi kita baca surat
Fushilat ayat 11 : "Kemudian dia mengarah kepada langit yang masih berupa
kabut lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi :"Silahkan kalian
mengikuti peritah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Jawab mereka
:"Kami mengikuti dengan suka hati".
Ayat ini
membuktikan bahwa alam taat mengikuti segala peritah dan peraturan sang
pencipta, termasuk apa yang disebut alam pada diri manusia (mikrokosmos),
termasuk segala yang ada dalam tubuh kita seperti detak jantung, darah mengalir
menghantarkan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh, nafas menghembus tanpa kita
perintahkan yang semuanya bergerak diluar kehendak kita.
Semua
serba teratur dan tunduk patuh kepada peraturan-peraturan yang ditetapkan,
mereka bekerja dalam ketetapan dan fungsinya masing-masing. Namun demikian
manusia tetaplah manusia yang selalu saja tidak pernah bersukur dan menyadari
bahwa semua itu adalah karunia Allah yang maha pemurah, dan tetap saja
kebanyakan manusia mengingkari hal itu semua sebagai rahmat-Nya. Walaupun
seluruh instrumen tubuh manusia itu sesungguhnya ikut dalam peraturan islam
yang merupakan ketetapan Allah.
MAKALAH
SYARIAT SEBAGAI
GERBANG
DUNIA HAKIKAT
Oleh : Yusuf Iksanu
Irham, S.Ag
( Penyuluh Agama
Islam )
KANTOR DEPARTEMEN
AGAMA
KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2009
PENDAHULUAN
Dengan
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji
bagi Allah, yang maha mengetahui seluruh rahasia tersembunyi dan
dimana hati mukminin bergetar tatkala mendengar asma-Nya. Shalawat dan salam
semoga tercurah pada penghulu sekalian
Rasul, penyempurna risalah Ilahi beserta keluarganya.
Saya
ucapkan banyak terima kasih atas partisipasi rekan-rekan kerja,majelis taklim
dan mjelis-majelis dzikir serta semua fihak dalam kontribusinya pada syiar
Islam di bidangnya masing-masing. Kepada
Kakandepag dan Kasi Penamas Kantor Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo, saya
juga menghaturkan terima kasih atas nasehat dan bimbingannya yang bermanfaat
dalam menuju kehadirat Ilahi.
Dalam
kesempatan ini, saya akan menyampaikan sebuah gagasan untuk sedikit meluruskan
tentang prilaku-prilaku sebagian manusia yang menginginkan yang serba
instan.Termasuk dalam hal menapaki tahapan-tahapan pendekatan dirinya pada
Allah Sang Kholik. Dan pada akhirnya mereka berfikir betapa susah ajaran islam
ini untuk diamalkan. Sehingga tidak salah lagi kebathinan dan dunia klenik
mistis perdukunan jadi pelabuhan jiwanya. Sementara sebagian lagi terjebak oleh
retorika ilmiah yang disajikan dengan memisahkan tidak ada hubungannya dengan
agama sama sekali., apalagi dengan dunia mantra-mantra.
Dalam hal
ini saya tidak akan membahas mengenai bagaimana dan tidak akan membuka
perdebatan masalah apa yang dilakukan orang lain.Tetapi saya akan menyajikan
materi, semoga dapat menjembatani kita agar tidak tersesat di dunia dan
akhirat.Amiii….
1
Syariat Sebagai Gerbang Dunia Hakikat
Umat
islam masa sekarang ini banyak yang mengalami kehilangan arah dan tempat
pijakan. Dari mana harus memulainya. Mereka terpuruk dan ingin cepat bangkit
dari ketertinggalannya. Hal tersebut tampak dari semangat yang kadang
berlebihan dengan diiringi emosi yang tinggi, sehingga hal itu memudahkan
musuh-musuh islam untuk mensiasati dan menjadikan umat islam sebagai kaum
teroris dan berbagai kesan kurang baik lainnya. Hal ini harus diakui merupakan
keteledoran umat islam dalam melaksanakan ajaran dengan pengertian yang keliru.
Islam harus kembali kepada hati yang suci, yang dalam firman Allah
dikatakan ...."yang mampu memuat Dzat-Ku". Dengan demikian seharusnya
manusia akan berkata-kata dengan Rab-nya tentang hidup, tentang ilmu, tentang
informasi dan rencana-rencana untuk menghadapi semua permasalahan di dunia
maupun di akhirat. Bukankah Allah berjanji akan melindungi seorang mukmin
dengan mengalahkan sepuluh orang musuh ?.
Kaum yang sedikit dengan kekuatan spiritual yang luar biasa mampu
mengalahkan perang badar yang dahsyat. Nabi Musa dengan keteguhannya dalam
bertauhid mampu mengalahkan Raja Fir’aun. Dan masih banyak lagi pejuang-pejuang
sahid kita dalam menghadapi musuh dengan tetap teguh pada jalan tauhid dan
komunikasi kepada Allah Yang Agung.
Kita sadar bahwa begitu agungnya Al Quran, dan begitu piciknya kita dalam
memahami syariat, sehingga kita lihat ummat Islam sekarang terpuruk dan saling
menyalahkan. Kita lihat pula gerakan atau harokah-harokah islam muncul
dimana-mana dengan berbagai bentuk penawaran berupa konsep keislaman yang lebih
murni. Namun apa yang terjadi, kenyataannya mereka masih sangat rapuh sehingga
antara mereka masih mengadakan adu otot dikhalayak ramai bahkan seperti anak
kecil saling cemooh dan masing-masing pihak merasa yang paling benar dan
islami.
Satu hal yang belum ada dalam jiwa ummat yaitu kelembutan hati akibat
jauhnya dari ingat kepada Allah, memulainya tindakan sesuatu bukan dilandasi
karena Allah, serta kurang siapnya kita dalam menembus hati-hati yang panas dan
gersang dengan sapaan jiwa yang manis penuh kasih dan sayang.
2
Kita belum memiliki keberanian untuk mengatakan akulah yang salah dan
terima kasih atas nasihatmu. Padahal untuk hal seperti itu Allah sudah
memberikan peringatan seperti yang tercermin dalam surat Al Asyr ayat 3 :
žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
"Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya menta'ati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran".
Imam Hasan Al Banna berkata di dalam risalah ta’lim : Bagi iman yang
tulus, ibadah yang benar serta mujahadah (berjuang menundukkan hawa nafsu)
melahirkan cahaya kelezatan yang Allah limpahkan ke dalam hati siapa saja yang
Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya. Akan tetapi ilham, khowatir
(lintasan-lintasan hati), kasyf (penyingkapan rahasia ghaib) dan mimpi bukanlah
merupakan dalil-dalil hukum syariat dan tidak dianggap kecuali dengan syarat
tidak bertentangan dengan hukum agama dan nash-nash-Nya (nash dari Al Qur’an
dan As Sunnah).
Di dalam menyikapi prinsip syariat, ada dua golongan/kategori yang
termasuk di dalamnya, yaitu :
Golongan pertama,
golongan yang mengabaikan cita rasa yang terkandung dalam syariat, atau mereka
menilai sesuatu secara lahiriah saja tanpa melihat kepada pengertian
sesungguhnya, yang mana mereka/golongan ini mengingkari pengaruh apapun yang
timbul dari iman yang dalam, ibadah yang benar, serta ketulusan dalam
bermujahadah di dalam mencemerlangkan akal dan memberi hidayah kepada hati.
Golongan kedua, yaitu
golongan orang yang di dalam melaksanakan ibadah (bersyariat), tidak hanya
sampai kepada makna lahiriah saja, tetapi perhatian terhadap penghadapan jiwa
secara hanif (lurus) dan sungguh-sungguh dalam berjuang melumpuhkan hawa nafsu.
Di dalam hadist shahih, Rasulullah SAW bersabda :
"Akan
dapat merasakan makanan iman ialah : orang yang ridho terhadap Allah sebagai
Tuhannya, islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabinya (HR Muslim dari
Al Abbas). Sufyan bin usyainah pernah ditanya "Mengapakah ahlul ahwa (yang
bergelimang dalam nafsu) itu begitu kuat cintanya kepada nafsunya ?"
Sufyan menjawab : "Apakah engkau lupa firman Allah yang mengatakan :
"Dan mereka itu telah dimesrakan dalam hati-hati mereka untuk menyembah
anak lembu dengan kekufuran mereka (QS. Albaqarah : 92)".
3
Setiap peribadatan yang apabila kita lakukan dengan syarat
sungguh-sungguh akan mendapatkan dampak kepada hati berupa kesejukan dan
kemudahan untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang dirihoi Allah SWT. Dan
sebaliknya apabila kita melakukannya dengan sekedarnya saja atau hanya memenuhi
syarat sahnya syariat, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali rasa
penat dan jenuh. Sehingga terasa sekali di hati kekakuan dan kecongkakkan yang
dengan tetap bersimbulkan keislaman. Maka jadilah budaya kita adalah budaya
islam yang kaku dan jauh dari sifat kasih sayang serta kebusukan hati yang
diseliputi bungkus syariat islam. Kenyataan ini hendaknya kita koreksi
bagaimana sikap orang mukmin terhadap sesama, dan bagaimana mereka bila disebut
asma Allah.... lalu bergetar serta tersungkur dan menangis tak tertahankan.
Di dalam Al Qur’an banyak menjelaskan ciri-ciri orang mukmin sejati. Yang
seharusnya menjadi acuan dalam hidup kita dalam melakukan peribadatan kepada
Allah SWT. Bukannya lantas takluk kepada kekalahan terhadap nafsu. Yang
akhirnya kita tetap berkubang dalam kecintaan terhadap bimbingan setan yang
sesat.
Kesulitan hati dalam merasakan nikmat Allah berupa kelezatan iman.
Cemerlangnya hati, kekusu’an serta berbuat baik. Ini disebabkan ada bisikan
pembimbing yang setia setiap saat dalam melakukan kekejian dan kemungkaran,
yaitu setan laknatullah.
Sebagaimana dicantumkan dalam Al Qur’an surat Az Zkhruf 36 :
`tBur ß·÷ètƒ `tã Ìø.ÏŒ Ç`»uH÷q§9$# ôÙÍh‹s)çR ¼çms9 $YZ»sÜø‹x© uqßgsù ¼çms9 Ö`ƒÌs% ÇÌÏÈ
"Barang
siapa yang berpaling dari dzikir kepada yang maha pemurah, kami adakan baginya
setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu
menyertainya".
Sedangkan dalam surat
Al Mujadalah ayat 19 Alah berfirman,
sŒuqóstGó™$# ÞOÎgøŠn=tæ ß`»sÜø‹¤±9$# öNßg9|¡Sr'sù tø.ÏŒ «!$# 4
"Telah
dikerasi mereka oleh setan, maka setan itu telah menjadikan mereka lupa kepada
menyebut Allah"
Dilanjutkan dalam surat
An Nissa 142 tercantum, artinya : "Mereka gemar mem-perlihatkan
amalan-amalannya kepada manusia ramai dan mereka tiada menyebut Allah kecuali
hanya sedikit."
4
Juga dalam surat
An Nur ayat 21 :
* $pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qãèÎ6Gs? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø‹¤±9$# 4 `tBur ôìÎ7®Ktƒ ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø‹¤±9$# ¼çm¯RÎ*sù âßDù'tƒ Ïä!$t±ósxÿø9$$Î/ Ìs3ZßJø9$#ur 4 Ÿwöqs9ur ã@ôÒsù «!$# ö/ä3ø‹n=tæ ¼çmçGuH÷qu‘ur $tB 4’s1y— Nä3ZÏB ô`ÏiB >‰tnr& #Y‰t/r& £`Å3»s9ur ©!$# ’Éj1t“ム`tB âä!$t±o„ 3 ª!$#ur ìì‹Ïÿxœ ÒOŠÎ=tæ ÇËÊÈ
"Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang
mengikuti langkah-langkah setan itu menyuruh perbuatan yang keji dan mungkar.
Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian
niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
maha mendengar lagi maha mengetahui".
Setelah melihat dengan jelas keterangan Al Qur’an mengenai betapa setan
merupakan penyebab utama dalam mengarahkan manusia untuk berbuat keji dan
mungkar, sehingga manusia tidak lagi mampu berbuat yang diperintahkan Allah.
Namun demikian Allah menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa Allah sendirilah yang
akan mengangkat manusia ketika manusia dalam perangkap setan. Kita tidak akan
mampu menolak ajakan setan sebab mereka berada dalam pusat hati kita, kita
bagaikan terpengaruh hipnotis dimana selalu menuruti apa yang diperintahkan
setan. Maka jadilah kita orang yang selalu dalam bimbingan setan. Hati kita
menjadi keji tanpa harus melalui proses berpikir. Rasa jahat itu muncul
seketika dalam hati dan merasakan sulitnya berbuat kebajikan.
Akan tetapi kekuatan atas kesungguhan dalam menghayati perilaku syariat
mengakibatkan si pelaku menemui hakikat (kebenaran) dari apa yang dilakukan
selama ini. Seperti diungkapkan Al Qur’an mengenai shalat "bahwa
sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar" (Al Ankabut :
45 ).
Pemahaman atas ayat tersebut adalah bahwa shalat merupakan alat pencegah
dari segala perbuatan buruk. Satu hal yang akan penulis kedepankan
memperhatikan masalah shalat, bagaimana kita menghayati dan meluruskan jiwa kita
dalam menghadap kepada yang menciptakan langit dan bumi dengan tidak sedikitpun
kesyirikan dalam hati maupun pikiran kita. Kehadiran hati, perasaan serta
dialog yang telah disyariatkan. Apabila si pelaku tadi melakukannya dengan
totalitas tinggi (kaaffah), maka ia akan mendapatkan karunia ketidakmampuan
berbuat keji dan mungkar, serta akan dimudahkan untuk selalu bersikap baik.
5
Karena di dalam hati orang itu
sudah timbul perasaan ihsan yang terus-menerus terhadap Allah. Syariat tidak
lagi menjadi beban si pelaku. Tetapi merupakan energi bagi kehidupan serta
menjadi alat komunikasi yang indah untuk selalu berdialog dalam do’a.
Ketidak-mampuan dalam melakukan perbuatan keji dan mungkar adalah
merupakan karunia Allah, merupakan kenyataan (hakikat). Si pelaku tidak lagi
merasa tertekan dan terbebani syariat yang begitu banyak.
Berdasarkan keterangan di atas, maka kecintaan terhadap perbuatan keji
dan mungkar itu hanya dapat diatasi dengan membawakan hati tersebut selalu
teringat kepada Allah serta mengihklaskan hati kita hanya untuk Allah.
Sebagaimana Allah firmankan dalam surat
Yusuf 24 :
ô‰s)s9ur ôM£Jyd ¾ÏmÎ/ ( §Nydur $pkÍ5 Iwöqs9 br& #u䧑 z`»ydöç/ ¾ÏmÎn/u‘ 4 y7Ï9ºx‹Ÿ2 t$ÎŽóÇuZÏ9 çm÷Ztã uäþq¡9$# uä!$t±ósxÿø9$#ur 4 ¼çm¯RÎ) ô`ÏB $tRÏŠ$t6Ïã šúüÅÁn=øÜßJø9$# ÇËÍÈ
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu)
dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu
andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikian itu karena hendak
memalingkan yusuf dari perbuatan jahat dan keji, karena sesungguhnya dia
termasuk hamba-hamba yang ikhlas"
Allah telah mengisyaratkan pada ayat-ayat di atas bahwa kita tidak akan
mampu beribadah dengan baik atau melakukan syariat yang begitu banyak, rasanya
mustahil kita memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah tersebut,
kecuali atas karunia dan bimbingan-Nya. Dan untuk mendapatkan bimbingan serta
ianah Allah kita diharapkan memasrahkan diri setiap saat dalam segenap keadaan,
dengan cara mengingat Allah baik pagi maupun petang, serta mengiklaskan setiap
peribadatan hanya untuk Allah semata.
Begitulah Allah memalingkan nabi Yusuf dari perbuatan tercela dengan
menuntun dan dan mencabut rasa keji dan mungkar dihatinya. Padahal saat itu
kedua belah pihak antara nabi Yusuf dan Siti Zulaiha sudah saling menginginkan,
namun nabi Yusuf berserah diri kepada Allah untuk mendapatkan burhan (penerang)
dari Allah. Atas dasar keiklasan dan pemasrahan yang kuat kepada Allah akhirnya
nabi Yusuf mendapatkan karunia terlepas dari ajakan setan.
6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar