Kamis, 24 April 2014

HISAB RUKYAT: TATACARA HISAB AWAL BULAN QOMARIYAH



PROSES HISAB AWAL BULAN QAMARIAH

DATA DARI EPHEMERIS HISAB RUKYAT


LANGKAH-LANGKAH
1.      Mencari saat ijtima’, dapat dilihat pada daftar terjadinya ijtima’ dalam Buku EPHEMERIS HISAB dan RUKYAT oleh Ditbinbapera Islam Depag. Buku ini diterbitkan setiap tahun dan ada pada perpustakaan kantor anda.
Sebagai contoh perhitungan, digunakan Buku EPHEMERIS HISAB dan RUKYAT tahun 2002.
Daftar saat terjadi ijtima’ (lihat halaman 1 atau halaman 412 atau halaman 426) misalnya untuk awal bulan Syawal 1423 H., ijtima’ terjadi pada hari Rabu tanggal 4 Desember 2002 jam 07.35 menit (waktu GMT) atau jam 14.35 (WIB), atau 15.35 (WITA), atau 16.35 (WIT).
WIB          = GMT + 7 jam atau GMT = WIB – 7 jam.
WITA        = GMT + 8 jam atau GMT = WITA – 8 jam.
WIT           = GMT + 9 jam atau GMT = WIT – 9 jam.
Untuk selanjutnya kita menghitung awal bulan Syawal 1423 H. di Kota Makassar. Lintang tempatnya : 5° 8´ LS; 119º 27´ BT; tinggi tempat 5 meter.
Ijtima’ : Rabu, 4 Desember 2002, jam 7:35 GMT, atau jam 15:35 WITA (Makassar)
2.   Mencari sudut waktu matahari (tʘ)
Rumus : cos tʘ = - tan p tan dʘ + sin hʘ /cos p / cos dʘ
Data : p   = (lintang tempat), Makassar : 5° 8´ LS (lihat daftar lintang dan bujur kota-kota di Indonesia).
Keterangan:
Untuk kota atau daerah yang berlintang Utara, maka derajat lintang tempat (p)nya bertanda positif (+), sedangkan untuk daerah yang berlintang Selatan, maka derajat p-nya bertanda negatif (-). Sehingga untuk kota Makassar yang berlintang selatan (5° 8´ LS), derjat lintangnya adalah negatif (-) atau p = -5° 8´.
            = deklinasi matahari.
Caranya adalah mengbah WITA pada jam 18.00 menjadi GMT.
Dengan demikian, jika WITA jam 18.00, maka waktu GMT = 18.00 – 8 jam = 10 jam.
Jadi untuk menentukan deklinasi matahari, carilah pada DATA MATAHARI tanggal 4 Desember 2002 halaman 384, jam 10.00 tepat pada kolom “Apparent Declination” (kolom kelima) yaitu - 22° 14´ 19´´
            = tinggi matahari saat terbenam, dengan rumus: = 0°-SDʘ - Refrʘ - D´
           
SDʘ  = semi diameter matahari, pada kolom “Semi Diameter” (kolom ketujuh) jam 10.00, yaitu  16´ 13,62´´ (16 menit 13,62 detik bujur) atau 0° 16´ 13,62´´.
Refrʘ =  Refraksi matahari, lihat “DAFTAR REFRAKSI” pada halaman 433.
Lihat daftar refraksi ketinggian matahari   0° adalah 34,5´ atau 34´ 30´´ atau 0° 34´ 30´´
34,5 menit dijadikan derajat bujur dengan jalan dibagi 60 jadi 34,5´ : 60 =  0° 34´ 30´´
                      D´        = Kerendahan ufuk dalam menit bujur, dengan rumus D´ = 1,76 M
                  M = tinggi tempat dalam meter, yaitu tempat di pusat bumi dimana dilakukan rukyat.
                                            Misalnya di Makassar dengan ketinggian tempat 5 meter.
                                            Jadi 1,76 5 = 3.93547964
                                            Oleh karena kerendahan ufuk itu dalam menit bujur (D´), maka  3.93547964 harus dijadikan derajat, menit, dan detik bujur, untuk itu caranya adalah 3.93547964 dibagi 60 = 0,06559132733  atau tindis   SHIFT   .,    0° 3´ 56,13´´
Proses hisab pada langkah kedua ini, selengkapnya sebagai berikut:
= 0°-SDʘ - Refrʘ - D´
                  semidiameter                                       =   0° 16´ 13,62´´
                  refraksi                                                =   0° 34´ 30´´
                  kerendahan ufuk (D´) = 1,76 M       =   0° 3´ 56,13´´
= 0°-0° 16´ 13,62´´ - 0° 34´ 30´´ - 0° 3´ 56,13´´
= -0° 54´ 39,75´´

cos tʘ = - tan p tan dʘ + sin hʘ /cos p /cos dʘ
         tʘ  =  cos­¹ (-tan p tan dʘ + sin hʘ /cos p /cos dʘ)
             = cos­¹ (-tan -5° tan - 22° 14´ 19´´ + sin -0° 54´ 39,75´´ /cos -5° /cos - 22° 14´ 19´´)
             =  93.0942256, lalu dijadikan derajat, tindis  SHIFT   .,
             =  93° 5´ 93,21´´

3.   Mencari waktu matahari terbenam (ghurubus syamsi) sesungguhnya.
      Rumus: G = tʘ : 15 + 12 - e´ + waktu selisih bujur  atau
                   G = tʘ /15 + 12 - e´ + (WITA – bujur daerah atau lokal)
      Dalam operasionalnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
      G = (tʘ /15) + (12 - e´) + ((W – L) /15)
      Keterangan:
tʘ      = sudut waktu matahari (lihat rumus langkah kedua).  Nilai  tʘ  pada langkah kedua di atas adalah 93.0942256 atau 93° 5´ 93,21´´, lalu dijadikan jam yaitu dibagi 15. Jadi  93° 5´ 93,21´´ /15 = 6.206281707  kemudian dijadikan derajat,  tindis  SHIFT   .,   =  6° 12´ 22,61´´ atau jam 6, 12 menit, 22,61 detik.
e´       = perata waktu (equation of time), lihat dalam “Data Matahari” 4 Desember 2002 halaman 384 kolom terakhir pada jam 10:00, yaitu 9´ 52´´ (9 menit 52 detik) atau 0 jam 9 menit 52 detik. Dijadikan derajat = 0° 9´ 52´´. Atau dapat juga dengan jalan 9° 52´ /60 = 0° 9´ 52´´
              Dalam kalkulator simbol  e´ dipakai  E (huruf kapital).
W      = wilayah waktu.
              Kota Makassar adalah berada pada wilayah Indonesia bagian tengah (WITA) yaitu 120° bujur WITA.
L        = bujur tempat (bujur lokal)
              Untuk Makassar bujur tempatnya adalah  119° 27´  Bujur Timur (lihat daftar lintang dan bujur tempat).
              Catatan : Daftar lintang dan bujur tempat tidak ada dalam buku Ephemeris, karena itu dapat dicari dalam buku Hisab Rukyat atau sumber lainnya.
Langkah ketiga ini, selengkapnya sebagai berikut:
G    = (93° 5´ 93,21´´ /15) + (12 - 0° 9´ 52´´) + ((120°119° 27´) /15)
     =  18.59183722, dijadikan derajat, tindis SHIFT   .,
     =   18° 35´ 30,61´´
          Jadi matahari terbenam pada hari Rabu tanggal 4 Desember 2002 di Makassar adalah jam 18 : 35 menit  30,61 detik, atau jam 10 : 35 menit 30,61detik GMT.

4.   Mencari Asensio Rekta Matahari dan Bulan
Asensio Rekta Matahari (∝ʘ) dan Asensio Rekta Bulan ()pada saat matahari terbenam, dengan cara interpolasi atau penyisipan.
Interpolasi yang dimaksud adalah selisih antara jam terbenam matahari dengan jam berikutnya berdasarkan GMT, karena selisih waktu yang dicari, maka selisih tersebut adalah positif.
Jadi interpolasi ini patokannya adalah waktu terbeanm matahari sesungguhnya (berdasarkan perhitungan langkah ketiga) dalam waktu GMT.
Dengan demikian, waktu GMT yang dimaksud adalah pukul 10  35  30,61
Asensio rekta matahari dan bulan ini dapat dicari dalam “Data Matahari dan Bulan” tanggal 4 Desember 2002 halaman 384 buku “Ephemeris” kolom “Apparent Right Ascension”.
Karena waktu terbenam adalah jam 10   35   30,61   (GMT) atau telah lewat jam 10.00, maka dilakukan interpolasi dengan jam 11.00.
Selisih waktu ∝ʘ dan antara jam 10.00 dan 11.00 tersebut kemudian dikalikan dengan menit dan detik waktu terbenam. Hasilnya kemudian ditambahkan dengan  ∝ʘ atau pada jam 10.00. Hasil penjumlahan ini kemudian dijadikan derajat.
Untuk jelasnya, caranya sebagai berikut:
a.  ∝ʘ         pukul 10.00 GMT                   = 250° 34´ 25´´
                        pukul 11.00 GMT                   =  250° 37´ 08´´
                        selisih 1 jam                             =  0° 2´ 43´´
                        cara untuk memperoleh  0° 2´ 43´´ adalah : 250° 37´ 25´´
                                                                                              250° 34´ 08´´ -             
                                                                                          0°   43´´
     
   ∝ʘ 35 menit 30,61 detik                   =  0° 35´ 30,61´´ x  0° 2´ 43´´
                                                                  =  0° 1´ 36,47´´
   ∝ʘ pukul 10:35 menit 30,61 detik    =  250° 34´ 25´´ +  0° 1´ 36,47´´
                                                                  =  250° 36´ 1,47´´
b.     pukul 10.00 GMT                   =  251° 57´ 59´´
                        pukul 11.00 GMT                   =  252° 36´ 42´´
                        selisih 1 jam                             =  0° 38´ 43´´
                        cara untuk memperoleh  0° 38´ 43´´ adalah : 252° 36´ 42´´
                                                                                              251° 57´ 59´´ -             
                                                                                         0° 38´  43´´
  35 menit 30,61 detik                     =  0° 35´ 30,61´´ x  0° 38´ 43´´
                                                                  =  0° 22´ 54,84´´
  pukul 10:35 menit 30,61 detik      =  251° 57´ 59´´ +  0° 22´ 54,84´´
                                                                  =  252° 20´ 53,84´´

5.      Mencari Sudut Waktu Bulan
Rumus:      t   = ∝ʘ - ∝☾ + tʘ
                                    ∝ʘ   =  250° 36´ 1,47´´ (lihat langkah 4 a)
                                       =  252° 20´ 53,84´´ (lihat langkah 4 b)
                                    tʘ    =  93° 5´ 39,21´´ (lihat  tʘ pada langkah 2)
t    =  250° 36´ 1,47´´ -  252° 20´ 53,84´´ + 93° 5´ 39,21´´
            =  91° 20´ 46,84´´

6.      Mencari Tinggi Hilal Hakiki (h)
Rumus:      sin h = sin p sin d + cos p cos d cos t
Data:         p    = lintang tempat yaitu Makassar  5° 8´ LS atau -5°  (lihat juga p dalam langkah 2)
                  d = deklinasi bulan pada jam 10:35 menit   30,61 detik  GMT.
                           Untuk mengetahui deklinasi bulan terlebih dahulu dilakukan interpolasi (lihat “Data Bulan” pada halaman 384) jam 10.00 dan jam 11.00  kolom “Apparent Declination”.
Dalam melakukan interpolasi ditempuh cara sebagai berikut: yaitu mencari selisih deklinasi antara jam ghurub waktu GMT dengan jam sesudahnya lalu dikalikan dengan menit detik ghurub ditambahkan dengan deklinasi pada jam ghurub GMT.
djam 10:00 GMT   =  -22° 50´ 52´´
              11:00  GMT  =  -22° 58´ 36´´
selisih 1 jam (antara jam 10.00 dan jam 11.00)  =  +0° 7´ 44´´
d35   30,61                         =  +0° 4´ 34,61´´
                  dpukul 10:35   30,61          =  -22° 50´ 52´´ + 0° 4´ 34,61´´
                                                                  =  -22° 46´ 17,39´´
Catatan:
Deklinasi bulan perlu diinterpolasi oleh karena deklinasi bulan dari jam ke jam sangat besar pengaruh perubahannya, jika dibandingkan dengan deklinasi matahari pengaruh perubahannya sangat kecil dalam perhitungannya. Sehingga deklinasi matahari tidak perlu diinterpolasi seperti   pada langkah 2. Oleh karena deklinasi bulan dari jam ke jam cukup besar pengaruh perubahannya, maka dalam perhitungan dibutuhkan ketelitian, untuk itu dilakukan interpolasi.                  

t =  lihat pada langkah 5, yaitu  91° 20´ 46,84´´.
Penggunaan Rumus:
h = sin­¹ (sin p sin d + cos p cos d cos t)
          = sin­¹ (sin -5° 8´ x sin -22° 46´ 17,39´´ + cos -5° x cos -22° 46´ 17,39´´ x cos 91° 20´ 46,84´´)
     =  0° 44´ 52,6´´

7.      Mencari Tinggi Hilal Mar’i
Untuk mencari tinggi hilal mar’I dilakukan koreksi-koreksi sebagai berikut:
a.       Koreksi Parallaks, dikurangkan.
b.      Koreksi Semidiameter, ditambahkan.
c.       Koreksi Refleksi, ditambahkan.
d.      Koreksi Kerendahan Ufuk, ditambahkan

Parallaks            = Horizontal Parallaks (HP) x cos h
-          HP dicari pada “Data Bulan” halaman 384 jam 10:00 GMT yaitu      0° 59´ 59´´
-          h  = tinggi hilal hakiki (lihat langkah 6) 0° 44´ 52,6´´ 
Parallaks =  0° 59´ 59´´ x cos 0° 44´ 52,6´´ =  0° 59´ 58,69´´
Semidiameter    = Semidiameter bulan (lihat “Data Bulan” jam 10.00 GMT) yaitu           16´ 20,79´´ atau 0° 16´ 20,79´´.
Refraksi           = lihat “Daftar Refraksi” pada tinggi nyata (h)
                           Tinggi nyata (h) diperoleh dari hasil  h - parallaks + semidiameter
                                                      = 0° 44´ 52,6´´ -  0° 59´ 58,69´´ +  0° 16´ 20,79´´
                                                      = 0° 2´ 4,99´´
                              Dengan demikian refraksi bulan, patokannya adalah pada tinggi nyata bulan yaitu  0° 2´ 4,99´´. Cari dalam daftar refraksi pada kolom h 0° 02´, refraksinya adalah  29,2´ / 60 = 0,4866666667 lalu dijadikan derajat, tindis  SHIFT   .,     = 0° 29´ 12´´
Kerendahan Ufuk (D´) = lihat pada langkah ke-2 yaitu 0° 3´ 56,13´´
hm  = h - parallaks + semidiameter + refraksi + kerendahan ufuk
            = 0° 44´ 52,6,´´ -  0° 59´ 58,69´´ +  0° 16´ 20,79´´ + 0° 29´ 12´´ + 0° 3´ 56,13´´
                                          = 0° 34´ 22,83´´
Jadi tinggi hilal  mar’i       = + 0° 34´ 22,83´´.

8.      Mencari Azimut Bulan (A)
Rumus: Cotan A = -sin p cotan t  + cos p tan d /sin t
              A   = tan­¹(-sin p (1/tan t)  + cos p tan d /sin t)
                                    P        = lintang tempat -5°
                                    t   = sudut waktu bulan 91° 20´ 46,84´´ (lihat langkah 5)
                                    d   = deklinasi bulan -22° 46´ 17,39´´ (lihat langkah 6)
            A   = tan­¹(-sin -5° 8´ x (1/tan 91° 20´ 46,84´´) + cos -5° tan -22° 46´ 17,39´´ /sin 91° 20´ 46,84´´)
                                = -22° 47´ 51,13´´
Mencari Azimut Bulan adalah mencari kedudukan bulan dari matahari.
Mencari Azimut Bulan sangat penting agar lebih mudah dalam melakukan rukyatul hilal. Artinya setelah kedudukan bulan diketahui, maka mata/teropong bulan (hilal) dapat dituju ke arah dimana hilal itu berada.
Jika nilai A adalah positif (+), berarti hilal berada disebelah Utara titik Barat, dan jika nilai A negatif (-), maka hilal berada pada sebelah Selatan titik Barat.
Dalam contoh di atas (langkah 8), Azimut Bulan (A) adalah -22° 47´ 51,13´´ (negatif), berarti kedudukan bulan berada di sebelah Selatan titik Barat.

Catatan:
  1. Jika tinggi hilal adalah positif (+), maka hilal berada di atas ufuk, dan jika negatif (-), berarti hilal berada di bawah ufuk. Para ahli hisab dan rukyat sepakat bahwa apabila hilal masih berada di bawah ufuk (negatif), maka awal bulan qamariah berikutnya jatuh pada dua hari setelah terjadinya ijtima’. Kecuali aliran ijtima’, aliran ini berpendapat bahwa jika ijtima’ terjadi qablal ghurub (sebelum terbenam matahari), maka keesokan harinya (sehari setelah ijtima’) ditetapkan sebagai awal bulan qamariiah berikutnya. Alasannya, ijtima’ merupakan pembatas antara akhir bulan qamariah sebelumnya dan awal bulan qamariah berikutnya.
  2. Ada yang berpendapat, apabila tinggi hilal nilainya positif (+) atau hilal di atas ufuk, maka malam atau esok harinya adalah awal bulan berikutnya.
  3. Menurut aliran hisab Taqribi yang rujukan utamanya adalah Kitab Sullamun Nayyirain, berpendapat bahwa hilal dapat dilihat (dirukyah) apabila ketinggiannya  8° 40´ atau 7° atau 6°. Ini berarti jika dalam perhitungan, ketinggian hilal berada di bawah 6°, maka keesokan harinya (sehari setelah terjadi ijtima’) belum jatuh awal bulan berikutnya. Karena itu awal bulan berikutnya jatuh pada 2 hari setelah terjadinya ijtima’.
  4. Departemen Agama telah menetapkan standar ketinggian hilal 2° baru dapat dilihat (dirukyah). Berdasarkan standar ini, maka apabila hilal masih berada di bawah ketinggian 2°, berarti awal bulan berikutnya adalah 2 hari setelah terjadinya ijtima’. Hal inilah yang dijadikan dasar penentuan awal bulan qamariah.
Sehingga untuk awal bulan Syawal 1423 Hijriah yang lalu jatuh pada hari Jumat tanggal 6 Desember 2002 atau 2 hari setelah terjadinya ijtima’, yaitu ijtima’ terjadi pada hari Rabu tanggal 4 Desember 2002. Berdasarkan perhitungan (hisab), tinggi hilal (hakiki maupun mar’i) pada tanggal 4 Desember tersebut  adalah  0° 44´ 52,6´´ (hakiki) atau  0° 34´ 22,83´´(mar’i), yang berarti dalam ketinggian tersebut (berada di bawah 2°) hilal belum atau tidak dimungkinkan untuk dilihat (dirukyah).
Penulis termasuk ke dalam aliran yang terakhir (keempat).

                                   
































II. RUMUS-RUMUS HISAB YANG TELAH TERPROGRAM DALAM KALKULATOR ANDA (CASIO ƒx 5500 PA)
Mencari Ijtima’ (tanpa rumus)
Line 1. Sudut Waktu Matahari
            U = (1,76 M) /60    H = 0°– S – R- U T = cos­¹ (-tan p tan D + sin H /cos p /cos D)
Line 2. Waktu Matahari Terbenam (ghurub)
            G = T/15 + 12 – E + ((W – L) /15).
Line 3. Asensio Rekta Matahari
            O = ((G – J) x I) + K
Line 4. Asensio Rekta Bulan
            C = ((G – J) x I) + K
Line 5. Sudut Waktu Bulan
            V = O – C + T
Line 6. Tinggi Hilal Haqiqi
            D = ((G – J) x I) + K  Q = sin­¹ (sin p sin D + cos P cos D cos V)
Line 7. Tinggi Hilal Mar’i
            X = Z x cos Q  H = Q – X + S + R + U
Line 8. Azimuth (kedudukan) Bulan
            A = tan­¹ (-sin p (1/tan V) + cos P tan D /sin V)
























III. PETUNJUK PENGGUNAAN CALCULATOR CASIO ƒx 5500 PA UNTUK MENGHITUNG AWAL BULAN QAMARIAH (HISAB RUKYAT)

Tindis  AC ON
                SHIFT AC   OFF
SHIFT   untuk simbol yang warna kuning pada bagian dasar kalkulator
ALPHA  untuk simbol yang warna merah pada bagian permukaan kalkulator
SHIFT BASE-N   untuk simbol yang warna hijau
F tempat pengisian dan pemaparan rumus-rumus
F input rumus
F rumus rumus siap dioperasionalkan
F operasionalisasi/kalkulasi rumus
F penyimpanan/file (memori data/rumus). Data yang dapat tersimpan di sini maksimal 1.095 stip.
Rumus-rumus yang tersimpan dalam kalkulator anda, baru rumus-rumus untuk hisab rukyah sebanyak 8 line.
Setelah kalkulator dalam keadaan ON, anda dapat mengeceknya kembali dengan cara, tindis SHIFT    CALC  F,  pada layar kalkulator anda muncul rumus ke 8 (line 8) yaitu :
 

    A = tan­¹ (-sin p (1 ………….
 

1.      Untuk mencari rumus langkah 2 (berada pada line paling bawah), tindis    sampai anda mendapatkan rumus:    U = (1,76 M) /60    H = 0°– S –

Untuk selengkapnya rumus ini, anda tindis    sampai akhir rumus. Rumus langkah 2 dalam kalkulator anda adalah:
U = (1,76 M) /60    H = 0°– S – R – U    T = cos­¹ (-tan p tan D + sin H /cos p /cos D)

Data :    M   = 5  tinggi tempat dalam meter
              S    = 0° 16´ 13,62´´  SD
              R   = 0° 34´ 30´´  Refr
              U   = 0° 3´ 56,13´´  Kerendahan ufuk
              P    = -5°  lintang tempat
              D   = -22° 14´ 19´´ 
              H   = -0° 54´ 39,75´´  tʘ
Selanjutnya anda mengkalkulasi rumus, tindis  F   F F  muncul M  artinya masukkan nilai M, tindis  5   F    lalu tindis  F   muncul :
    U = (1,76 M) /60
           0,0559132734
jika ingin mengetahui derajatnya, tindis  SHIFT   .,     
    U = (1,76 M) /60
           0° 3´ 56,13´´
lalu tindis  EXE   muncul :
 
  S      R
  F F  


 
Artinya masukkan data  S  ke  Fdan  R  ke  F₂,  tindislah nilai S yaitu 0° 16´ 13,62´´    tindis F dan muncul   0,27045
Lalu tindis nilai R yaitu  0° 34´ 30´´, tindis  F  muncul :
                      0,575
  S      R
  F F







 
tindis   F   muncul :          H = 0°- S  – R – U
                                                 -0,9110413273


 


tindis   SHIFT    .,         -0° 54´ 39,75´´   inilah nilai  H









 
tindis  EXE muncul :   
                                          P      D
                                          F  F


 
Tindis   -5°   F muncul   –5,1333 dst.    Tindis  -22° 14´ 19´´  F -22,23861111 tindis  F muncul      T = cos­¹ (-tan p
                                           93,09422523





 
tindis  SHIFT   .,        T = cos­¹ (-tan p
                                          93° 5´ 39,21´´               inilah nilai T
       



Langkah 3. Waktu Terbenam Matahari (Ghurub)
Rumus : G = T/15 + 12 – E + ((W – L) /15).
Data:
G   =  ? (dicari)  waktu matahari terbenam
T     =  93° 5´ 39,21´´  sudut waktu matahari (dari langkah 2)
E     =  0° 9´ 52´´ perata waktu
W  =  120° → bujur WITA
L     =  119° 27´  bujur daerah (Makassar)
Tindis   SHIFT   CALC   F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst. sampai rumus  : G = T/15…. dst.
  G = T/15….
Tindis  FF F₄, muncul:
   T    E   W    L        CAL
   FFF F
Nilai T tidak perlu diinput lagi karena sudah ada pada langkah sebelumnya.
Tindis  0° 9´ 52´´ F      muncul           0,16444…
Tindis  120° F          muncul                                 120
Tindis  119° 27´ F        muncul                            119,45
Tindis  F                muncul      G = T/15 + 12 – E + ((W – L)     
                                                                              18,59183724
Jadikan derajat, tindis    SHIFT    .,               G = T/15 ….
                                                                              18° 35´ 30,61´´



 
Jadi waktu terbenam matahari adalah jam 18 : 35 menit 30,61 detik.

Langkah 4 a : Asensio Rekta Matahari
Rumus : O = ((G-J) x I) + K
Data:
O     = ? (dicari) yaitu Asensio Rekta Matahari pada jam 10 : 35    30,61   GMT.
G     = 18°35´ 30,61´´   Ghurub (waktu terbenam matahari)
J       = 18° atau 18 jam jam/derajat pada ghurub, tanpa memasukkan menit dan detik ghurub.
I       = 0°2´ 43´´  selisih 1 jam ∝ʘ
            Asensio Rekta Matahari (∝ʘ)
      ∝ʘ jam 10.00 GMT   =  250°34´ 25´´
                    jam 11.00 GMT   =  250°37´ 08´´
                        250°37´ 08´´ - 250°34´ 25´´ = 0°2´ 43´´
K     =   250°34´ 25´´  Asensio Rekta Matahari pada jam terkecil (jam 10:00)

1. Tindis SHIFT   CALC   F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst. sampai rumus  : O = ((G-J) x I) + K , muncul:
  O = ((G-J) ….
2. Tindis  FF F₄, muncul:
   G    J     I     K       
   FFF F
Nilai G pada F tidak perlu diinput lagi karena sudah ada pada langkah sebelumnya.
3. Tindis  18   F         muncul                                  18
                                                                        G   J    I    K





 
Tindis  0°2´ 43´´ F      muncul               0.4527777778
                                                                        G   J   I  K

Tindis  250° 34´ 25´´   F   muncul                250.5736111
                                                                       G   J    I   K
Tindis  F SHIFT    .,      muncul      O = ((G-J) x I) + K     
                                                                              250° 36´ 1,47´´

Langkah 4 b : Asensio Rekta Bulan
Rumus : C = ((G-J) x I) + K
Data:
C     = ? (dicari) yaitu Asensio Rekta Bulan pada jam 10: 35   30,61   GMT
G     = 18° 35´ 30,61´´
J       = 18
I       =  0° 38´ 43´´  (selisih 1 jam  antara jam 10 dan 11 GMT)
                                      Jam 10.00          =  251° 57´ 59´´
                                             Jam 11.00           =  252° 36´ 42´´
                                Selisih 1 jam : 252° 36´ 42´´ - 251° 57´ 59´´ =  0° 38´ 43´´
K     =  251° 57´ 59´´    pada jam 10.00
1. Tindis SHIFT   CALC   F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst. sampai rumus  : C = ((G-J) x I) + K , muncul:
  C = ((G-J) ….
2. Tindis  FF F₄, muncul:
   G    J     I     K       
   FFF F
Nilai G pada F dan  J  pada  F  tidak perlu diinput lagi karena sudah ada pada langkah sebelumnya.
3. Tindis  18   F         muncul                                  18
                                                                        G   J    I    K





 
Tindis  0°38´ 43´´ F     muncul                    0.645277…
                                                                        G    J     I     K
                                                                        FFF F


 
Tindis  251° 57´ 59´´   F   muncul                251.9663…
                                                                      
                                                                        G    J     I      K
                                                                        FFF F


 
Tindis  F  SHIFT    .,      muncul      C = ((G-J) …     
                                                                              252° 20´ 53,84´´

Langkah 5 Sudut Waktu Bulan
Rumus: V = O – C + T
Data:
V     = sudut waktu bulan  ? (dicari)
O     = langkah 4 a (∝ʘ)
C     = langkah 4 b ()
T      = langkah 2 (tʘ)

Tindis SHIFT   CALC   F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst. sampai rumus  : V = O – C + T
 
Tindis  FF F₄, muncul:
   O   C    T         
   FFF
Nilai O pada F₁,  C  pada  Fdan  T  pada  F  tidak perlu diinput lagi karena sudah ada pada langkah sebelumnya.
Tindis  F  SHIFT    .,     muncul      V = O – C + T      
                                                                              91° 20´ 46,84´´


Langkah 6 Tinggi Hilal Haqiqi
Rumus:  D = ((G-J) x I) + K   Q = sin­¹(sin p sin D + cos P cos D cos V)
Data:
D     = ? (dicari)  deklinasi bulan  (d)
G     = 18° 35´ 30,61´´
J       = 18
I       =  0° 7´ 44´´  (selisih 1 jam deklinasi bulan jam 10.00 dan jam 11.00 GMT)
                                     d  Jam 10.00 GMT  =  -22° 50´ 52´´
                                            Jam 11.00 GMT  =  -22° 58´ 36´´
                                Selisih 1 jam : 22° 58´ 36´´ - 22° 50´ 52´´ =  0° 7´ 44´´
K     =  -22° 50´ 52´´    dpada jam 10.00
P      =  -5° 8´ telah terinput.
D     =  telah terinput.
V     =  (sudut waktu bulan) pada langkah 5.

Tindis SHIFT   CALC   F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst. sampai rumus  : D = ((G-J) …
Tindis  FF F₄, muncul:
   G    J     I     K       
   FFF F
Nilai G pada F dan  J  pada  F  tidak perlu diinput lagi karena sudah ada pada langkah sebelumnya.
Tindis  0°7´ 44´´ F       muncul                    0.12888…
                                                                        G    J     I     K
                                                                        FFF F
Tindis  -22° 50´ 52´´   F   muncul                -22.84777…
                                                                      
                                                                        G    J     I      K
                                                                        FFF F


 
Tindis  F  SHIFT    .,      muncul      D = ((G-J) …     
                                                                              -22° 46´ 17.39´´
Tindis  EXE               muncul                                               
                                                                       
                                                                        P    V    
                                                                        FF


 
Nilai P pada F dan V  pada  Ftelah terinput pada langkah sebelumnya.
Tindis  F  SHIFT    .,      muncul      Q = sin­¹(sin p    
                                                                              0° 44´ 52,6´´

Langkah 7 Tinggi Hilal Mar’i
Rumus:  X = Z × cos Q     H = Q – X + S + R + U
Data :
X     = ? (dicari)  = Parallaks
Z      =  0° 59´ 59´´  yaitu Horisontal Parallaks (HP)
Q     =   0° 44´ 52,6´´ tinggi hilal haqiqi (langkah 6)
H     = ? (dicari)  tinggi hilal mar’I
S      =  0° 16´ 20,79´´ semi diameter bulan pada jam 10.00 GMT.
R     =  0° 29´ 12´´  refraksi bulan (lihat penjelasan refraksi bulan sebelumnya)
U     =  0° 3´ 56,13´´ kerendahan ufuk (D´)   lihat langkah 2.

Tindis SHIFT   CALC   F₁ ⇓ ⇓ ⇓ dst. sampai rumus  : X = Z × cos Q…
Tindis  FF F₄, muncul:
   Z    Q          
   FF


 
Tindis  0°59´ 59´´ F     muncul                    0.99972…
                                                                        Z    Q   
                                                                        FF


 
Nilai Q pada F  tidak perlu diinput lagi karena sudah ada pada langkah sebelumnya.
Tindis  F  SHIFT    .,      muncul      X = Z  × cos Q   
                                                                              0° 59´ 58,69´´

Tindis  EXE               muncul                                               
                                                                       
                                                                        S    R    U   
                                                                        FFF 


 


Tindis  0° 16´ 20,79´´   F  muncul                0.27244…
                                                                      
                                                                        S   R    U    
                                                                       

Tindis  0° 29´ 12´´   F     muncul                0.4866…
                                                                      
                                                                        S   R    U    
                                                                       
Nilai U pada  tidak perlu diinput lagi, sama dengan U pada langkah 2.

Tindis  F  SHIFT    .,      muncul      H = Q – X + S + R + U    
                                                                              0° 34´ 22,82´´

Langkah 8 Azimut Bulan
Rumus : A = tan­¹(-sin p (1/tan V) + cos P tan D/ sin V)
Data:
P      = telah diinput pada langkah 2
D     = telah diinput pada langkah 6
V     = telah diinput pada langkah 5
Tindis  SHIFT   CALC   FFF FF  SHIFT    .,   muncul  :
                                    A = tan­¹(-sin p    
                                                                              -22° 47´ 51,13´´




Tidak ada komentar:

Posting Komentar