Kamis, 24 April 2014

KHUTBAH : CERAMAH DI RADIO



Pendengar RSPD REMBANG BANGKIT yang berbahagia,

            Mengawali pertemuan kita pada malam hari ini, syukur terhadap nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita, tentu harus kita lakukan dengan cara meyakini bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian dari Allah SWT,kita ikrarkan dengan mengucapkan Alhamdulillah dan yang paling penting adalah mengaktualisasikan sesuai dengan aturan-aturan Allah.Dengan begitu, semoga Allah SWT akan memberikan nikmat yang lebih banyak lagi kepada kita dan kita tidak termasuk golongan orang-orang yang kufur.Amin......
            Salam dan sholawat semoga tetap tercurah terhadap junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW, semoga kita sebagai umat yang sering bersholawat untuk beliau mendapatkan syafa’at, semua hajat kita dapat terlaksana dengan baik serta rizki kita akan dilapangkan oleh Allah SWT. Amin.........
من عسرت عليه حاجته فليكثر من االصلاة على فانها تكشف الهموم والغموم والكروب وتكثر الارزاق وتقضى الحواءج

“Barang siapa kesukaran hajatnya, maka hendaknya dia memperbanyak membaca         sholawat untuk saya. Karena sesungguhnya sholawat itu dapat menghilangkan susah,sedih dan kesukaran serta melapangkan rizki dan menyebabkan terlaksananya semua hajat”.
 
Kaum muslimin wal muslimat rohimakumullah....

Saya kembali mengajak kepada saudara-saudara semua,terutama pribadi saya untuk merenungi kembali/introspeksi/mahabbah tentang apa yang telah kita perbuat selama ini?Apakah sudah melaksanakan perintah-perintah Allah?Kalau merasa sudah,sampai sejauh mana dan seperti apa kwalitas ketaatan tersebut? Dan apakah kita juga sudah menjauhi larangan-larangan Allah?Tanyakan pada hati nurani kita masing-masing.Astaghfirullaahal ‘adliim 3X.................

Pendengar RSPD Skh yang berbahagia,

Manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna ,yang hidup didunia ini kebanyakan pandai beralasan dalam berbagai hal.Terutama apabila diperintah oleh Allah untuk beribadah,baik ibadah mahdloh maupun ghoiru mahdloh.Seperti misalnya :Ketika diperintah untuk menegakkan sholat tepat waktu,mereka beralasan yang sibuklah,yang gak punya waktulah,suka menunda-nunda waktu dengan berbagai alasan yang mereka kemukakan.Ketika diperintah untuk berinfaq/bershodaqoh/zakat,mereka beralasan yang tidak punya uang,belum longgar,hidupnya baru pas-pasan/miskin dsb.Ketika diperintah untuk berdzikir,mereka juga beralasan,yang tidak punya waktu/sibuklah,keburu ini dan itu,yang tidak ada dasarnya dsb.Ketika diperintah untuk menjauhi larangan-larangan Allah selalu saja mereka bisa beralasan.Padahal kita ketahui bersama bahwa diakhirat nanti semua alasan yang dikemukakan itu tidak akan digubris oleh Allah SWT.Dan anggota tubuh yang lain pasti akan memberikan kesaksian kepada-Nya.Seperti firman Allah dalam Surat Al-Qiyaamah ayat 13-15 :
(#às¬6t^ムß`»|¡RM}$# ¥Í´tBöqtƒ $yJÎ/ tP£s% t¨zr&ur ÇÊÌÈ È@t/ ß`»|¡RM}$# 4n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR ×ouŽÅÁt/ ÇÊÍÈ öqs9ur 4s+ø9r& ¼çntƒÏŒ$yètB ÇÊÎÈ
“Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya”.


Maksudnya ayat 14 dari Surat Al-Qiyaamah ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan seperti tersebut dalam surat An-Nur ayat 24.
tPöqtƒ ßpkôs? öNÍköŽn=tã öNßgçFt^Å¡ø9r& öNÍkÏ÷ƒr&ur Nßgè=ã_ör&ur $yJÎ/ (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇËÍÈ
“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”.

Disebutkan pula pada QS Fushilat ayat 20-21 :

#Ó¨Lym #sŒÎ) $tB $ydrâä!%y` yÍky­ öNÍköŽn=tã öNßgãèôJy öNèd㍻|Áö/r&ur Nèdߊqè=ã_ur $yJÎ/ (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇËÉÈ (#qä9$s%ur öNÏdÏŠqè=ßÚÏ9 zNÏ9 öN?Îgx© $oYøn=tã ( (#þqä9$s% $uZs)sÜRr& ª!$# üÏ%©!$# t,sÜRr& ¨@ä. &äóÓx« uqèdur öNä3s)n=s{ tA¨rr& ;o§tB Ïmøs9Î)ur tbqãèy_öè? ÇËÊÈ
20.  Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang Telah mereka kerjakan.
21.  Dan mereka Berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai Berkata Telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan Hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan".


Kaum muslimin rohimakumullah,

Seorang ahli fiqih ( Abul Laitsi ) berkata :
“ Besuk pada hari Qiyamat akan didatangkan empat kaum/golongan,setiap golongan dari mereka akan mengajukan alasan,akan tetapi alasan mereka tidak diterima.Mereka adalah :
  1. Orang kaya beralasan : “ Sungguh saya adalah orang kaya dan saya sibuk dengan hak-hak dan urusan harta saya, maka saya tidak bisa menyembah Engkau”.
Maka Allah SWT berfirman : Sungguh Nabi Sulaiman memiliki dan merajai semua yang ada diantara dunia timur dan dunia barat,diapun tidak mendurhakai Tuhan-Nya.Maka alasanmu tidak diterima.Maka mereka langsung dihalau ke neraka.
  1. Orang fakir beralasan dengan kefakirannya.Maka Allah membandingkannya dengan Nabi Isa Alaihissalam
  2. Golongan hamba/budak beralasan dengan pelayanannya terhadap tuan/majikannya
Maka Allah membandingkannya dengan Nabi Yusuf Alaihissalam
      4.   Orang yang sakit beralasan sebab sakitnya.
            Maka Allah membandingkannya dengan Nabi Ayub Alaihissalam. 

Pendengar Radio RSPD Skh yang kami hormati,

Dari uraian dan ayat tersebut diatas,mari kita renungkan bersama dan kita tanya pada diri kita masing-masing,masih seperti itukah kita?
Agar kita tidak termasuk golongan orang yang tersebut tadi,maka mari kita tingkatkan kwalitas ibadah kita kepada Allah SWT,agar kelak diakhirat timbangan amal kebaikan kita jauh lebih berat dibandingan kejelekan kita.Untuk menuju kesana maka diperlukan amalan-amalan yang banyak,diantaranya : Seperti Sabda Nabi yang diriwayatkan Bukhori :

كلمتان خفيفتان على اللسان ثقيلتان في الميزان حبيبتان الى الرحمن "سبحان الله

وبحمده سبحا ن الله العظيم"

Dua kalimat, keduanya ringan didalam lisan (diucapkan),berat didalam timbangan dan disukai Allah yang Maha Rohman yaitu : “Maha suci Allah dengan pujianNya,Maha suci Allah yang Maha Agung”.

Firman Allah SWT : “Demi keperkasaanKu dan ketinggianKu,barangsiapa
-          membaca kalimah laa ilaaha illaahu muhammadur rasuulullaahi sekali dengan i’tiqad/dengan yakin maka dia bisa menyeberang jembatan shirathal mustaqim laksana halilintar yang menyambar.
-          Mendermakan semitsal buah tamar (kurma) karena Allah maka dia bisa memenuhi timbangan.

Dan masih banyak amalan-amalan yang lain yang berguna agar timbangan perbuatan baik kita lebih berat.Selama perbuatan / tradisi /sunnah itu baik,maka mari kita kerjakan,seperti yang telah disabdakan Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan Bukhori :

من سن سنة حسنة فله اجرها واجر من عمل بها ومن سن سنة سيءة فعليه وزرها ووزر من عمل بها

“Barangsiapa membuat suatu sunnah/perlakuan yang baik ya’ni didalam islam lalu dia diikuti dalam sunnah ini, maka baginya apahala dari sunnah itu dan pahala dari orang yang mengamalkannya”.artinya tiap-tiap orang yang mengerjakan sunnah itu sesudahnya maka dicatat pula baginya ( orang yang pertama ) pahalanya.
“Dan barang siapa membuat sunnah/tradisi/perlakuan yang jahat,maka dia diikuti dalam sunnah yang jahat ini, maka baginya dosa dari sunnah yang jahat itu dan dosa dari orang yang mengerjakannya,ya’ni orang yang menngerjakan tradisi yang jahat sesudahnya,maka dicatat pula baginya ( orang yang pertama ) dosanya”.

Allah SWT juga berfirman dalam Surat Yaasin :

$¯RÎ) ß`øtwU ÌÓ÷ÕçR 4tAöqyJø9$# Ü=çGò6tRur $tB (#qãB£s% öNèdt»rO#uäur 4
“Sesungguhnya kami( Allah ) akan menghidupkan orang-orang mati” (artinya orang-orang mati tatkala dibangkitkan) dan kami( Allah ) mencatat apa yang telah mereka kerjakan”.(dari amal yang baik dan yang buruk dan juga jejak mereka,ya’ni apa-apa yang mereka perlakukan dari sunnah/tradisi/perlakuan yang baik dan sunnah/tradisi/perlakuan yang buruk.









Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala  puji  bagi Allah, yang  maha  mengetahui seluruh rahasia tersembunyi dan dimana hati mukminin bergetar tatkala mendengar asma-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah  pada penghulu sekalian Rasul, penyempurna risalah Ilahi beserta keluarganya.

Saya ucapkan banyak terima kasih atas partisipasi rekan-rekan kerja,majelis taklim dan mjelis-majelis dzikir serta semua fihak dalam kontribusinya pada syiar Islam  di bidangnya masing-masing. Kepada Kakandepag dan Kasi Penamas Kantor Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo, saya juga menghaturkan terima kasih atas nasehat dan bimbingannya yang bermanfaat dalam menuju kehadirat Ilahi.

Dalam kesempatan ini, saya akan menyampaikan sebuah gagasan untuk sedikit meluruskan tentang prilaku-prilaku sebagian manusia yang menginginkan yang serba instan.Termasuk dalam hal menapaki tahapan-tahapan pendekatan dirinya pada Allah Sang Kholik. Dan pada akhirnya mereka berfikir betapa susah ajaran islam ini untuk diamalkan. Sehingga tidak salah lagi kebathinan dan dunia klenik mistis perdukunan jadi pelabuhan jiwanya. Sementara sebagian lagi terjebak oleh retorika ilmiah yang disajikan dengan memisahkan tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali., apalagi dengan dunia mantra-mantra.

Dalam hal ini saya tidak akan membahas mengenai bagaimana dan tidak akan membuka perdebatan masalah apa yang dilakukan orang lain.



















         
Makna Syariat


Dalam makna syariat, umat Islam sering terjebak dalam pengertian sempit sehingga tak jarang kehilangan substansinya. Dan akibatnya, mereka hanya melakukan ibadah seremonial dan tidak mendapatkan sesuatu yang berharga yakni pembuka jalan menuju "kebenaran syariat".

Sikap terhadap shalat misalnya, betapa banyak nilai penghayatan dan kekhusyu’an yang terabaikan. Shalat bukan lagi sebagai kebutuhan dialog dan memohon petunjuk tetapi telah berubah sebagai kewajiban yang harus dipenuhi dengan berbagai macam larangan dan ancaman yang mengerikan. Sehingga terasa sekali muncul ketidaknyamanan dalam setiap melakukan syariat Islam. Hal ini tidak ubahnya tawanan perang yang harus memenuhi kewajiban membayar upeti seraya terbayang betapa kejamnya sang penguasa.

Belum lagi dalam melaksanakan petunjuk Al Qur’an yang terasa dikejar target syarat sahnya syariat selain hitung-hitungan amal, dan jarang mengarah pada pemahaman akan fungsi syariat itu sendiri. Setiap syariat (aturan Allah) merupakan jalan dengan segala rambu-rambunya menuju hikmah yang dikandung di dalam teks dan praktek secara sempurna, serta pembuka tabir dibalik "firman".

Syariat bukan hanya untuk dibaca dan disucikan tanpa menyentuh isi tujuan yang dibaca, seperti tercantum dalam surat Al Alaq 1-5 : "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah ! dan Tuhanmu yang paling pemurah. Yang telah mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya".

Memang, Al Qur’an adalah firman Allah yang disucikan sehingga memegangpun harus suci dari hadast, namun hal ini bukan berarti haram bagi manusia untuk memahami sesuai dengan kadar pemikiran dan pemahamannya. Sebab Al Qur’an itu diturunkan sebagai petunjuk manusia dan semesta alam.

Sikap jumud (pendek akal) ini pun pernah diprotes RA Kartini pada gurunya, KH Sholeh Darat, ketika ia mengusulkan agar Al Qur’an itu diterjemahkan. Saat itu, ia merenungkan kondisi bangsa Indonesia yang mengalami kemunduran pemikiran. Bagi Kartini, Al Qur’an yang begitu agung tidak hanya bacaan suci yang berpahala dan pengobat hati saja, namun ia merupakan petunjuk hidup di dunia maupun di akhirat. Menurutnya, andai Al Qur’an sudah diterjemahkan waktu itu, insya Allah bangsa Indonesia akan sadar pada integritasnya sehingga tidak akan mau menjadi budak Belanda.

Kata "iqra" merupakan jendela untuk melihat kehidupan alam semesta yang luar biasa luasnya. Ayat ini menyiratkan makna, betapa Al Qur’an membuka cakrawala dunia ilmu (pengetahuan) yang dapat digali melalui kata ‘baca’. Sejarah dunia pun mengakui bahwa pada abad ke tujuh Islam telah mengalami masa kejayaan dan peradaban yang pesat.

Islam telah berhasil mengembangkan khazanah landasan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga sampai abad ke tiga belas dilakukan secara terus-menerus penggalian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang kelak dijadikan landasan ilmu pengetahuan modern. Bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh barat yang baru dimulai pada permulaan abad 15 sampai sekarang.
Dengan bersyariat secara benar, Islam mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan secara pesat. Dengan meningkatnya pengetahuan, kita mengenal sifat dan perilaku alam, gejala-gejala alamiah yang komplek atau musykil dapat kita terangkan dan uraikan menjadi gejala-gejala yang lebih sederhana yang mudah kita ketahui.

Dari sini muncul teori untuk menerangkan suatu gejala, ataupun teori yang disusun untuk meramalkan gejala yang akan terjadi bila diadakan suatu percobaan tertentu dalam laboratorium. Kemudian dilakukan eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Begitu seterusnya, hingga sains natural tumbuh dan berkembang terus dari hasil serangkaian kegiatan kaji-mengkaji secara struktural dan sistimatis silih berganti (disebut intizhar). Hal tersebut hanya dapat terjadi dalam suatu generasi yang begitu gigihnya melakukan intizhar (penelitian) atas dasar keislaman yang terkandung dalam Al Qur’an.

Dan bukan dengan cara disucikan dalam makna yang keliru sehingga muncul kerancuan ilmu pengetahuan yang diakibatkan oleh penyampaian tentang Islam yang tidak Islami. Akibatnya bisa kita lihat dan rasakan sekarang bagaimana kebanyakan orang menganggap belajar fisika, biologi, kimia dan ekonomi bukan ilmu islam. Mereka anti pati dengan ilmu dunia yang dianggap bukan berasal dari Al Qur’an, dan mereka hanya kenal tentang islam sebagai musabaqoh Al Qur’an, haji, zakat, dan shalawat nabi serta upacara-upacara seremonial, berikut segala larangan dan ancaman, amalan dan ganjaran, tidak lebih dari itu, dan selain itu ditolak habis.

Para cendekiawan barat mengakui bahwa Jabir Ibnu Hayyan (721-815) adalah orang pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan penelitiannya di bidang alkemi yang kemudian oleh ilmuan barat diambil alih serta dikembangkan menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai ilmu kimia. Sebab Jabir yang namanya dilatinkan menjadi Geber adalah orang yang telah melakukan intizhar dan merupakan orang pertama yang mendirikan suatu bengkel dan mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-mineral dan mengekstraksi menjadi zat-zat kimia dan mengklasifikasi-kannya.

Di dalam sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh sarjana Eropa disebutkan bahwa Mohammad Ibnu Zakaria ar-rozi (865-925) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan ahli kimia seperti distilasi, kristalisasi, kalsinasi dan sebagainya. Buku Ar-rozi, yang namanya dilatinkan menjadi Razes, dianggap sebagai manual atau buku pegangan laboratorium kimia yang pertama di dunia, dan dipergunakan oleh para sarjana barat, yang baru berabad-abad kemudian mempelajari sains yang telah dikembangkan oleh umat islam, di universitas-universitas islam di Toledo dan Cordoba, Spanyol.

Terlalu banyak ilmuwan islam dan karya mereka untuk disebutkan pada kesempatan ini, dan begitu dalam pula pengaruh terhadap karya tokoh-tokoh ilmiah itu di Eropa dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan hingga masih dirasakan berabad-abad kemudian.

Apakah sebabnya pada masa dahulu umat islam giat sekali mengembangkan islam secara mendalam baik dalam bidang hukum, filsafat, sains, maupun tasawuf. Namun sebaliknya apakah yang kita lihat dan rasakan pada masa sekarang di abad ke dua puluh satu ini?

Di pesantren-pesantren serta perpuskaan-perpustakaan islam hanyalah tersisa berupa kitab lusuh klasik yang "dikeramatkan" dan "dikomersilkan" seperti imriti matan, jurumiah, bulughul marom, madzahibul arba’ah yang kesemuanya itu pelajaran-pelajaran tata bahasa arab belaka serta ilmu-ilmu fiqih yang sudah dipatenkan. Pintu ijtihad sudah ditutup !!

Sesungguhnya di dalam Al Qur’an banyak diperoleh ayat yang mendorong umat islam untuk melakukan intizhar dan menggunakan akal pikiran seperti tercantum dalam ayat 101 surat Yunus memerintahkan : "Katakanlah (hai Muhammad) perhatikanlah dengan intizhar/nazar apa-apa yang ada di langit dan di bumi". Bahkan dalam ayat 17-20 surat Al Ghasiyah dipertanyakan : "Maka apakah mereka tidak melakukan intizhar dan memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung bagaimana ia didirikan. Dan bumi bagaimana ia dibentangkan. Maka berikanlah peringatan karena engkaulah pemberi peringatan".

Penggunaan akal pikiran untuk dapat mengungkapkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah ditegaskan dalam surat An-Nahl 11 : "Dia menumbuhkan bagimu dengan air hujan itu, tanaman zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berfikir."

Yang kemudian dilanjutkan dalam ayat 12 : "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang menggu- nakan akal"

Sebenarnya didalam ayat ini tercantum juga ungkapan bahwa Allah menundukkan dan mengatur perilaku matahari, bintang, dan bulan dengan perintah-Nya. Peraturan Allah inilah yang diikuti oleh seluruh alam semesta beserta isinya, bagaimana ia harus bertingkah laku. Yang kemudian oleh manusia disebut sebagai hukum alam, atau peraturan yang diikuti oleh alam.

Lebih jelas lagi kita baca surat Fushilat ayat 11 : "Kemudian dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi :"Silahkan kalian mengikuti peritah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Jawab mereka :"Kami mengikuti dengan suka hati".

Ayat ini membuktikan bahwa alam taat mengikuti segala peritah dan peraturan sang pencipta, termasuk apa yang disebut alam pada diri manusia (mikrokosmos), termasuk segala yang ada dalam tubuh kita seperti detak jantung, darah mengalir menghantarkan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh, nafas menghembus tanpa kita perintahkan yang semuanya bergerak diluar kehendak kita.

Semua serba teratur dan tunduk patuh kepada peraturan-peraturan yang ditetapkan, mereka bekerja dalam ketetapan dan fungsinya masing-masing. Namun demikian manusia tetaplah manusia yang selalu saja tidak pernah bersukur dan menyadari bahwa semua itu adalah karunia Allah yang maha pemurah, dan tetap saja kebanyakan manusia mengingkari hal itu semua sebagai rahmat-Nya. Walaupun seluruh instrumen tubuh manusia itu sesungguhnya ikut dalam peraturan islam yang merupakan ketetapan Allah.














MAKALAH


SYARIAT SEBAGAI GERBANG
DUNIA HAKIKAT













Oleh : Yusuf Iksanu Irham, S.Ag
( Penyuluh Agama Islam )






KANTOR DEPARTEMEN AGAMA
KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2009













































PENDAHULUAN




Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala  puji  bagi Allah, yang  maha  mengetahui seluruh rahasia tersembunyi dan dimana hati mukminin bergetar tatkala mendengar asma-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah  pada penghulu sekalian Rasul, penyempurna risalah Ilahi beserta keluarganya.

Saya ucapkan banyak terima kasih atas partisipasi rekan-rekan kerja,majelis taklim dan mjelis-majelis dzikir serta semua fihak dalam kontribusinya pada syiar Islam  di bidangnya masing-masing. Kepada Kakandepag dan Kasi Penamas Kantor Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo, saya juga menghaturkan terima kasih atas nasehat dan bimbingannya yang bermanfaat dalam menuju kehadirat Ilahi.

Dalam kesempatan ini, saya akan menyampaikan sebuah gagasan untuk sedikit meluruskan tentang prilaku-prilaku sebagian manusia yang menginginkan yang serba instan.Termasuk dalam hal menapaki tahapan-tahapan pendekatan dirinya pada Allah Sang Kholik. Dan pada akhirnya mereka berfikir betapa susah ajaran islam ini untuk diamalkan. Sehingga tidak salah lagi kebathinan dan dunia klenik mistis perdukunan jadi pelabuhan jiwanya. Sementara sebagian lagi terjebak oleh retorika ilmiah yang disajikan dengan memisahkan tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali., apalagi dengan dunia mantra-mantra.

Dalam hal ini saya tidak akan membahas mengenai bagaimana dan tidak akan membuka perdebatan masalah apa yang dilakukan orang lain.Tetapi saya akan menyajikan materi, semoga dapat menjembatani kita agar tidak tersesat di dunia dan akhirat.Amiii….








1
Syariat Sebagai Gerbang Dunia Hakikat
           


Umat islam masa sekarang ini banyak yang mengalami kehilangan arah dan tempat pijakan. Dari mana harus memulainya. Mereka terpuruk dan ingin cepat bangkit dari ketertinggalannya. Hal tersebut tampak dari semangat yang kadang berlebihan dengan diiringi emosi yang tinggi, sehingga hal itu memudahkan musuh-musuh islam untuk mensiasati dan menjadikan umat islam sebagai kaum teroris dan berbagai kesan kurang baik lainnya. Hal ini harus diakui merupakan keteledoran umat islam dalam melaksanakan ajaran dengan pengertian yang keliru.

Islam harus kembali kepada hati yang suci, yang dalam firman Allah dikatakan ...."yang mampu memuat Dzat-Ku". Dengan demikian seharusnya manusia akan berkata-kata dengan Rab-nya tentang hidup, tentang ilmu, tentang informasi dan rencana-rencana untuk menghadapi semua permasalahan di dunia maupun di akhirat. Bukankah Allah berjanji akan melindungi seorang mukmin dengan mengalahkan sepuluh  orang musuh ?.

Kaum yang sedikit dengan kekuatan spiritual yang luar biasa mampu mengalahkan perang badar yang dahsyat. Nabi Musa dengan keteguhannya dalam bertauhid mampu mengalahkan Raja Fir’aun. Dan masih banyak lagi pejuang-pejuang sahid kita dalam menghadapi musuh dengan tetap teguh pada jalan tauhid dan komunikasi kepada Allah Yang Agung.

Kita sadar bahwa begitu agungnya Al Quran, dan begitu piciknya kita dalam memahami syariat, sehingga kita lihat ummat Islam sekarang terpuruk dan saling menyalahkan. Kita lihat pula gerakan atau harokah-harokah islam muncul dimana-mana dengan berbagai bentuk penawaran berupa konsep keislaman yang lebih murni. Namun apa yang terjadi, kenyataannya mereka masih sangat rapuh sehingga antara mereka masih mengadakan adu otot dikhalayak ramai bahkan seperti anak kecil saling cemooh dan masing-masing pihak merasa yang paling benar dan islami.

Satu hal yang belum ada dalam jiwa ummat yaitu kelembutan hati akibat jauhnya dari ingat kepada Allah, memulainya tindakan sesuatu bukan dilandasi karena Allah, serta kurang siapnya kita dalam menembus hati-hati yang panas dan gersang dengan sapaan jiwa yang manis penuh kasih dan sayang.



2

Kita belum memiliki keberanian untuk mengatakan akulah yang salah dan terima kasih atas nasihatmu. Padahal untuk hal seperti itu Allah sudah memberikan peringatan seperti yang tercermin dalam surat Al Asyr ayat 3 :
žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ  
 "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya menta'ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran".

Imam Hasan Al Banna berkata di dalam risalah ta’lim : Bagi iman yang tulus, ibadah yang benar serta mujahadah (berjuang menundukkan hawa nafsu) melahirkan cahaya kelezatan yang Allah limpahkan ke dalam hati siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya. Akan tetapi ilham, khowatir (lintasan-lintasan hati), kasyf (penyingkapan rahasia ghaib) dan mimpi bukanlah merupakan dalil-dalil hukum syariat dan tidak dianggap kecuali dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum agama dan nash-nash-Nya (nash dari Al Qur’an dan As Sunnah).

Di dalam menyikapi prinsip syariat, ada dua golongan/kategori yang termasuk di dalamnya, yaitu :

Golongan pertama, golongan yang mengabaikan cita rasa yang terkandung dalam syariat, atau mereka menilai sesuatu secara lahiriah saja tanpa melihat kepada pengertian sesungguhnya, yang mana mereka/golongan ini mengingkari pengaruh apapun yang timbul dari iman yang dalam, ibadah yang benar, serta ketulusan dalam bermujahadah di dalam mencemerlangkan akal dan memberi hidayah kepada hati.

Golongan kedua, yaitu golongan orang yang di dalam melaksanakan ibadah (bersyariat), tidak hanya sampai kepada makna lahiriah saja, tetapi perhatian terhadap penghadapan jiwa secara hanif (lurus) dan sungguh-sungguh dalam berjuang melumpuhkan hawa nafsu. Di dalam hadist shahih, Rasulullah SAW bersabda :

"Akan dapat merasakan makanan iman ialah : orang yang ridho terhadap Allah sebagai Tuhannya, islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabinya (HR Muslim dari Al Abbas). Sufyan bin usyainah pernah ditanya "Mengapakah ahlul ahwa (yang bergelimang dalam nafsu) itu begitu kuat cintanya kepada nafsunya ?" Sufyan menjawab : "Apakah engkau lupa firman Allah yang mengatakan : "Dan mereka itu telah dimesrakan dalam hati-hati mereka untuk menyembah anak lembu dengan kekufuran mereka (QS. Albaqarah : 92)".

3
Setiap peribadatan yang apabila kita lakukan dengan syarat sungguh-sungguh akan mendapatkan dampak kepada hati berupa kesejukan dan kemudahan untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang dirihoi Allah SWT. Dan sebaliknya apabila kita melakukannya dengan sekedarnya saja atau hanya memenuhi syarat sahnya syariat, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali rasa penat dan jenuh. Sehingga terasa sekali di hati kekakuan dan kecongkakkan yang dengan tetap bersimbulkan keislaman. Maka jadilah budaya kita adalah budaya islam yang kaku dan jauh dari sifat kasih sayang serta kebusukan hati yang diseliputi bungkus syariat islam. Kenyataan ini hendaknya kita koreksi bagaimana sikap orang mukmin terhadap sesama, dan bagaimana mereka bila disebut asma Allah.... lalu bergetar serta tersungkur dan menangis tak tertahankan.

Di dalam Al Qur’an banyak menjelaskan ciri-ciri orang mukmin sejati. Yang seharusnya menjadi acuan dalam hidup kita dalam melakukan peribadatan kepada Allah SWT. Bukannya lantas takluk kepada kekalahan terhadap nafsu. Yang akhirnya kita tetap berkubang dalam kecintaan terhadap bimbingan setan yang sesat.

Kesulitan hati dalam merasakan nikmat Allah berupa kelezatan iman. Cemerlangnya hati, kekusu’an serta berbuat baik. Ini disebabkan ada bisikan pembimbing yang setia setiap saat dalam melakukan kekejian dan kemungkaran, yaitu setan laknatullah.

Sebagaimana dicantumkan dalam Al Qur’an surat Az Zkhruf 36 :
`tBur ß·÷ètƒ `tã ̍ø.ÏŒ Ç`»uH÷q§9$# ôÙÍhs)çR ¼çms9 $YZ»sÜøx© uqßgsù ¼çms9 Ö`ƒÌs% ÇÌÏÈ  
"Barang siapa yang berpaling dari dzikir kepada yang maha pemurah, kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya".

Sedangkan dalam surat Al Mujadalah ayat 19 Alah berfirman,
sŒuqóstGó$# ÞOÎgøŠn=tæ ß`»sÜø¤±9$# öNßg9|¡Sr'sù tø.ÏŒ «!$# 4
"Telah dikerasi mereka oleh setan, maka setan itu telah menjadikan mereka lupa kepada menyebut Allah"

Dilanjutkan dalam surat An Nissa 142 tercantum, artinya : "Mereka gemar mem-perlihatkan amalan-amalannya kepada manusia ramai dan mereka tiada menyebut Allah kecuali hanya sedikit."

4

Juga dalam surat An Nur ayat 21 :
* $pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qãèÎ6­Gs? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 `tBur ôìÎ7®Ktƒ ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# ¼çm¯RÎ*sù âßDù'tƒ Ïä!$t±ósxÿø9$$Î/ ̍s3ZßJø9$#ur 4 Ÿwöqs9ur ã@ôÒsù «!$# ö/ä3øn=tæ ¼çmçGuH÷quur $tB 4s1y Nä3ZÏB ô`ÏiB >tnr& #Yt/r& £`Å3»s9ur ©!$# Éj1tム`tB âä!$t±o 3 ª!$#ur ììÏÿxœ ÒOŠÎ=tæ ÇËÊÈ  
 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan itu menyuruh perbuatan yang keji dan mungkar. Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui".

Setelah melihat dengan jelas keterangan Al Qur’an mengenai betapa setan merupakan penyebab utama dalam mengarahkan manusia untuk berbuat keji dan mungkar, sehingga manusia tidak lagi mampu berbuat yang diperintahkan Allah. Namun demikian Allah menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa Allah sendirilah yang akan mengangkat manusia ketika manusia dalam perangkap setan. Kita tidak akan mampu menolak ajakan setan sebab mereka berada dalam pusat hati kita, kita bagaikan terpengaruh hipnotis dimana selalu menuruti apa yang diperintahkan setan. Maka jadilah kita orang yang selalu dalam bimbingan setan. Hati kita menjadi keji tanpa harus melalui proses berpikir. Rasa jahat itu muncul seketika dalam hati dan merasakan sulitnya berbuat kebajikan.

Akan tetapi kekuatan atas kesungguhan dalam menghayati perilaku syariat mengakibatkan si pelaku menemui hakikat (kebenaran) dari apa yang dilakukan selama ini. Seperti diungkapkan Al Qur’an mengenai shalat "bahwa sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar" (Al Ankabut : 45 ).

Pemahaman atas ayat tersebut adalah bahwa shalat merupakan alat pencegah dari segala perbuatan buruk. Satu hal yang akan penulis kedepankan memperhatikan masalah shalat, bagaimana kita menghayati dan meluruskan jiwa kita dalam menghadap kepada yang menciptakan langit dan bumi dengan tidak sedikitpun kesyirikan dalam hati maupun pikiran kita. Kehadiran hati, perasaan serta dialog yang telah disyariatkan. Apabila si pelaku tadi melakukannya dengan totalitas tinggi (kaaffah), maka ia akan mendapatkan karunia ketidakmampuan berbuat keji dan mungkar, serta akan dimudahkan untuk selalu bersikap baik.


5
 Karena di dalam hati orang itu sudah timbul perasaan ihsan yang terus-menerus terhadap Allah. Syariat tidak lagi menjadi beban si pelaku. Tetapi merupakan energi bagi kehidupan serta menjadi alat komunikasi yang indah untuk selalu berdialog dalam do’a.

Ketidak-mampuan dalam melakukan perbuatan keji dan mungkar adalah merupakan karunia Allah, merupakan kenyataan (hakikat). Si pelaku tidak lagi merasa tertekan dan terbebani syariat yang begitu banyak.

Berdasarkan keterangan di atas, maka kecintaan terhadap perbuatan keji dan mungkar itu hanya dapat diatasi dengan membawakan hati tersebut selalu teringat kepada Allah serta mengihklaskan hati kita hanya untuk Allah.

Sebagaimana Allah firmankan dalam surat Yusuf 24 :
ôs)s9ur ôM£Jyd ¾ÏmÎ/ ( §Nydur $pkÍ5 Iwöqs9 br& #uä§ z`»ydöç/ ¾ÏmÎn/u 4 y7Ï9ºxŸ2 t$ÎŽóÇuZÏ9 çm÷Ztã uäþq¡9$# uä!$t±ósxÿø9$#ur 4 ¼çm¯RÎ) ô`ÏB $tRÏŠ$t6Ïã šúüÅÁn=øÜßJø9$# ÇËÍÈ
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikian itu karena hendak memalingkan yusuf dari perbuatan jahat dan keji, karena sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba yang ikhlas"

Allah telah mengisyaratkan pada ayat-ayat di atas bahwa kita tidak akan mampu beribadah dengan baik atau melakukan syariat yang begitu banyak, rasanya mustahil kita memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah tersebut, kecuali atas karunia dan bimbingan-Nya. Dan untuk mendapatkan bimbingan serta ianah Allah kita diharapkan memasrahkan diri setiap saat dalam segenap keadaan, dengan cara mengingat Allah baik pagi maupun petang, serta mengiklaskan setiap peribadatan hanya untuk Allah semata.

Begitulah Allah memalingkan nabi Yusuf dari perbuatan tercela dengan menuntun dan dan mencabut rasa keji dan mungkar dihatinya. Padahal saat itu kedua belah pihak antara nabi Yusuf dan Siti Zulaiha sudah saling menginginkan, namun nabi Yusuf berserah diri kepada Allah untuk mendapatkan burhan (penerang) dari Allah. Atas dasar keiklasan dan pemasrahan yang kuat kepada Allah akhirnya nabi Yusuf mendapatkan karunia terlepas dari ajakan setan.


6













Tidak ada komentar:

Posting Komentar