Memotivasi Karyawan
Keberhasilan perusahaan (manajemen) dalam mempertahankan karyawan
terbaik yang dimiliki tidaklah dicapai dengan cara yang mudah. Hal tersebut
hanya dapat terjadi berkat kepiawaian manajemen dalam memahami kebutuhan
karyawan dan kemampuan mereka untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
yang dapat membuat para karyawannya merasa termotivasi secara internal.
Kebutuhan Karyawan
Salah satu teori motivasi yang banyak mendapat sambutan yang amat
positif di bidang manajemen organisasi adalah teori Hirarki Kebutuhan yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow setiap individu memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling
mendasar sampai pada tingkatan yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling
rendah telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada
tingkat yang paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang bersifat
biologis, kemudian pada tingkatan lebih tinggi dicantumkan berbagai kebutuhan
yang bersifat sosial. Pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri.
HIRARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan untuk dihargai
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
Kebutuhan fisiologis dasar
Dalam perusahaan kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas diterjemahkan
sebagai berikut:
Kebutuhan fisiologis dasar: gaji,
makanan, pakaian, perumahan dan fasilitas-fasilitas dasar lainnya yang berguna
untuk kelangsungan hidup pekerja
Kebutuhan akan rasa aman: lingkungan kerja
yang bebas dari segala bentuk ancaman, keamanan jabatan/posisi, status kerja
yang jelas, keamanan alat yang dipergunakan.
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi:
interaksi dengan rekan kerja, kebebasan
melakukan aktivitas sosial, kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan
yang akrab dengan orang lain
Kebutuhan untuk dihargai: pemberian
penghargaan atau reward, mengakui hasil karya individu
Kebutuhan aktualisasi diri: kesempatan dan
kebebasan untuk merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk
mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliki.
Mengingat bahwa setiap individu dalam perusahaan berasal dari berbagai
latarbelakang yang berbeda-beda, maka akan sangat penting bagi perusahaan untuk
melihat apa kebutuhan dan harapan karyawannya, apa bakat dan ketrampilan yang
dimilikinya serta bagaimana rencana karyawan tersebut pada masa mendatang. Jika perusahaan dapat mengetahui hal-hal
tersebut, maka akan lebih mudah untuk menempatkan si karyawan pada posisi yang
paling tepat, sehingga ia akan semakin termotivasi. Tentu saja usaha-usaha memahami kebutuhan
karyawan tersebut harus disertai dengan penyusunan kebijakan perusahaan dan
prosedur kerja yang efektif. Untuk melakukan hal ini tentu bukan perkara yang
gampang, tetapi memerlukan kerja keras dan komitmen yang sungguh-sungguh dari
manajemen.
Lingkungan Kerja Kondusif
Semua karyawan memliki kebutuhan untuk mengungkapkan diri, ingin
diterima sebagai bagian dari "anggota keluarga/perusahaan", ingin
dipercaya dan didengar kata-katanya, dihargai oleh manajemen dan bangga
terhadap apa yang dikerjakannya. Melalui komunikasi dua arah (termasuk
rapat/meeting) pihak manajemen dapat mengidentifikasi hal-hal tersebut
sekaligus menginformasikan tentang tujuan-tujuan perusahaan, target market dan
rencana masa depan lalu mendorong karyawannya untuk memberikan feedback.
Pihak manajemen juga harus belajar bagaimana membentuk "budaya
perusahaan" dan lingkungan kerja yang kondusif. Hal ini hanya dapat
dicapai melalui praktek kepemimpinan dan manajemen perusahaan yang baik,
pendekatan kemanusiaan, keadilan bagi semua, struktur karir yang jelas, program
pelatihan dan pengembangan yang terpadu,
dukungan peralatan kerja yang memadai, penilaian kinerja yang obyektif,
program "reward" yang tepat, gaji dan tunjangan yang memadai serta
kegiatan-kegiatan lain yang diadakan oleh perusahaan.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah karyawan perlu mengetahui
bahwa pihak manajemen mengakui kehadiran mereka, sadar akan arti penting
karyawan bagi perusahaan, para manager mampu mengingat nama-nama bawahannya dan
tidak segan menyapa mereka. Manager yang gagal mengingat nama bawahannya atau
tidak merespon ketika disapa oleh bawahan akan membuat karyawan kehilangan
motivasi kerja, kurang loyal dan kurang
kepercayaan pada manager tersebut. Para
manager dapat memperoleh loyalitas dan kepercayaan dari bawahannya jika ia
memperlakukan bawahannya sebagai "mitra kerja", menunjukkan
kepedulian yang tinggi, mau mendengarkan saran dan keluhan dan mau saling berbagi
pengalaman.
Akhirnya tinggal satu pertanyaan yang harus dijawab para manager:
mungkinkah untuk melakukan hal-hal tersebut di perusahaan Anda. Dengan
perencanaan yang matang dan niat baik yang didasari kepedulian akan pentingnya.kualitas
hidup setiap orang dalam perusahaan, saya yakin para manager akan dapat
melakukannya.(jp)
_____________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar