HISAB PRAKTIS AWAL BULAN QOMARIYAH#
A. HISAB ‘URFI.
Bulan
qomariyah yang umurnya didasarkan kepada peredaran qomar (bulan) mengelilingi
Bumi, senantiasa berkisar antara 30 hari dan 29 hari. Hal ini disebabkan
lantaran Bulan berputar mengelilingi Bumi dalam l bulan sinodis ( ijtima’
sampai dengan ijtima’ ) rata-rata membutuhkan waktu 29h 12j
44m 3d. Dari data ini maka muncullah salah satu sistim
hisab yang biasa disebut dengan nama Hisab ‘Urfi, yaitu salah satu sistim hisab
yang sangat sederhana yang senantiasa hanya didasarkan kepada garis-garis
besarnya saja.
Dalam
sistim Hisab ‘Urfi ini umur bulan senantiasa bergantian antara 30 hari dan 29
hari, 30 hari untuk bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan genap, kecuali untuk
bulan Dzulhijjah ketika tahun kabisat diberi umur 30 hari.
Satuan
masa (daurus-sanah) tahun Hijriyah (qomariyah) dalam hisab ‘urfi ditetapkan 30
tahun, 11 tahun ditetapkan sebagai tahun Kabisat, dan 19 tahun ditetapkan sebagai
tahun Basitah. Tahun Kabisat ditetapkan jatuh pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13,
15, 18, 21, 24, 26, dan 29, selainnya ditetapkan sebagai tahun Basitah.
Sistim
Hisab ‘Urfi ini sangat sederhana, karena senantiasa menggunakan bilangan tetap
yang tidak pernah berubah. Untuk mengetahui sistim Hisab ‘Urfi ini perhatikan
Tabel V dan VI dari Almanak Sepanjang Masa.
B. HISAB HAKIKI TAQRIBI.
Dalam
sistim hisab ini umur bulan tidak tentu selalu bergantian antar 30 hari dan 29
hari, akan tetapi yang menjadi acuan adalah ijtima’, apakah ijtima’ terjadi
sebelum Matahari terbenam atau setelah Matahari terbenam. Bilamana ijtima’
terjadi sebelum Matahari terbenam dalam sistim hisab ini dipastikan ketika
Matahari terbenam hilal sudah di atas ufuk (positip), dan sebaliknya bilamana
ijtima’ terjadi setelah Matahari terbenam ketika Matahari terbenam dipastikan
hilal masih di bawah ufuk (negatip).
Rumus yang
dipergunakan untuk menghitung tinggi hilal dalam sistim hisab ini sangat
sederhana, yaitu jarak antara ijtima’ dengan ghurub dibagi dua adalah merupakan
tinggi hilal saat ghurub. Atau
TINGGI HILAL = Jam
Ghurub – Jam Ijtima’ x ½0 .
C. HISAB HAKIKI BI
AL-TAHQIQ/KONTEMPORER.
Dalam
sistim hisab ini perhitungan dilakukan dengan sangat cermat, banyak proses yang
harus dilalui, rumus-rumus yang dipergunakan lebih banyak menggunakan
rumus-rumus segitiga bola, sehingga hasil yang diperolehpun tidak ada jaminan
bahwa, bilamana ijtima’ terjadi sebelum Matahari terbenam ketika Matahari
terbenam hilal sudah di atas ufuk (positip), sebagaimana yang terjadi pada
akhir Ramadhan 1992, 1993 dan 1994.
Sistim
Hisab Hakiki Bittahqiq/Kontemporer sangat beragam, ada yang bisa dikerjakan
cukup dengan kalkulator, ada yang juga hanya bisa dikerjakan dengan komputer.
Adapun
yang dapat dikerjakan dengan alat bantu kalkulator salah satunya adalah sistim
ephemeris. Langkah-langkah yang diperlukan dalam sistim ini adalah sebagai
berikut:
LANGKAH-LANGKAH DAN CONTOH HISAB
HAKIKI SISTIM EPHEMERIS UNTUK AWAL SYAWAL 1428 H. DENGAN MARKAZ MENARA MASJID
AGUNG
JAWA TENGAH
(BT. 1100 26’ 38”, f = -60 59’
23”, h = 95 M)
A. Lakukan konversi dari Hijriyah ke
Masehi 29 Ramadhan 1428 H. dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sampai dengan akhir Zulhijjah 1427 H.
1427 ¸ 30 = 47 DH = 47 x 10631 =
499.657h
sisanya = 17 tahun=17 x 354 + 6 (k) = 6.024h
2. .
Akhir Zulhijjah 1426 H. s/d. 29 Rmdh. 1427 H. = 265h
Jumlah =
505.946 h
3. Perbedaan Hijriyah –
Masehi =
227.012 h +
Jumlah =
732.958 h dibagi 1461
4.. = 501 DM. (
501 x 1461 ) = 731.961h -
sisa = 997h dibagi 365
5. = 2 th M (
2 X 365 ) = 730h -
sisa = 267h
6. Tahun 1 M + 501
x 4 + 2 th = Th. 2007 M.
7. Anggaran Consili dan
Gregorius ( 3+10 + 3 ) = 16h +
Jumlah = 283h
8. Akhir bulan Masehi sempurna
( September ) 2007 ) = 273h -
sisa = 10h
9. sisa 10 adalah 10 Oktober 2007 M.
Berarti
menurut Hisab Urfi 29 Ramadhan 1428 H. bertepatan tanggal 10 Oktober 2007 M.
Hari dan pasarannya adalah Rabu Kliwon (
pengecekan dengan table Almanak Sepanjang Masa ).
B.
Menentukan terjadinya
ijtima’ akhir Ramadhan 1428 H. yang diperkirakan terjadi sekitar tanggal 10
Oktober 2007 M. dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Perhatikan Fraction
Illumination ( cahaya bulan ) terkecil dari Ephemeris 2007 pada bulan Oktober,
pada tsnggal 10 Oktober 2007 cahaya bulan terus menurun dan terendah diperoleh
pada tanggal 11 Oktober 2007 M. pk. 04
GMT, pk. 05 GMT dan pk. 06 GMT yaitu 0.00087, 0.00087 dan 0.00091. Setelah
itu perhatikan Ecliptic Longitude Matahari ( EL ) dan Apparent Longitude Bulan
( AL ) pada jam jam tersebut dan pilih yang cocok, yaitu yang pertama AL harus
lebih kecil dari EL dan yang kedua AL harus lebih besar dari EL. Dalam hal ini
ternyata ijtima’ terjadi antara pukul 05 dan 06 GMT atau antara pk. 12 dan 13
WIB.
JAM GMT EL AL
04 1970
27’ 56” 1960 59’
27”
05 1970
30’ 24” 1970 29’
16”
06 1970
32’ 53” 1970 59’
05”
2.
Kemudian lakukan
interpolasi dengan rumus sebagai berikut:
IJTIMA’ = J1 + ((EL1 – AL1)
¸
((AL2 – AL1) – (EL2 – EL1)))
=
pk. 05 + ((1970 30’ 24” – 1970 29’ 16” ) ¸ ((1970
59’ 05” - 1970 29’ 16”)
– (1970 32’
53” - 1970 30’ 24” )))
=
pk. 05. 02. 29,27 GMT + 7j
=
pk. 12. 02. 29 WIB.
Berarti
IJTIMA’ akhir Ramadhan 1428 H. terjadi hari Kamis Legi, tanggal 11 Oktober 2007
M. pk. 12.02.29 WIB.
C.
Menentukan terbenam Matahari di Menara Masjid Agung Jawa
Tengah pada tanggal 29 Ramadhan 1428 H./11 Oktober 2007 M. dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Hitung tinggi Matahari saat terbenam ( h0 )
dengan rumus:
h0
= - ( ku + ref + sd )
ku
adalah kerendahan ufuk dapat diperoleh dengan rumus:
- ku =
00 1’.76 Ö
h
= 00 1’.76 Ö 95 m
= 00 17’ 09”,26
- ref =
00 34’(refraksi/pembiasan tertinggi saat ghurub)
-
sd =
00 16’ semi diameter matahari rata-rata.
h0
= - ( ku + ref + sd )
=
- ( 00 17’ 09”.26 + 00 34’ + 00 16’ )
= - 10 7’
9”,26
2.
Tentukan deklinasi matahari ( d0
) dan equation of time ( e ) pada tanggal 29 Ramadhan 1428 H./11 Oktober 2007
M. saat ghurub di Menara Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang dengan prakiraan
( taqriby ) maghrib kurang lebih pk. 18 WIB ( 11 GMT ), diperoleh:
d0
= -60 57’ 57” dan e = 0j 13m 10d.
3.
Tentukan sudut waktu matahari ( t0 )
prakiraan ( taqriby ) saat terbenam dengan rumus:
Cos
t0 =
sin h0 ¸
cos fx
¸ cos d0
- tan fx
tan d0
.
= sin-10 7’
9”,26 ¸
cos -60 59’ 23” ¸
cos -60 57’ 57” – tan-60 59’ 23” x
tan -60 57’ 57”
t0 = 910 59’ 40”,55
= +6j 7m
58d,7
4. Terbenam matahari = pk. 12 + (+6j
7m 58d,7 )
=
pk. 18. 07. 58,7 WH – e + ( BTd –BTx )
=
pk. 18. 07. 58,7 – ( +0j 13m 10d ) + ( 1050-1100
26’ 38” )
=
pk. 17. 33. 02,17 WIB.
= pk.
17. 33. 03 WIB ( dibulatkan ).
5.
Tentukan deklinasi matahari ( d0
) dan equation of time ( e ) pada tanggal 29 Ramadhan 1428 H./11 Oktober 2007
M. saat ghurub di Menara Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang yang sesungguhnya
( hakiki ), yaitu pk. 17. 33. 03 WIB
dengan melakukan interpolasi sebagai berikut:
6.
Deklinasi matahari ( d0
) pk. 17. 33. 03 WIB. dengan rumus :
d0 =
d01
+ k (d02
-d01
)
d01
( pk. 17 WIB/10 GMT ) = -60 57’
00”
d02
( pk. 18 WIB/11 GMT ) = -60 57’
57”
k ( selisih waktu ) = 00j 33m 03d
d( = -60 57’ 00” + 00j
33m 03d x ( -60 57’ 57”- (-60 57’
00”))
= -60
57’ 31”,4
7.
Equation of Time
( e ) pk. 17. 33. 03 WIB. dengan
rumus:
e =
e1 + k (e2 - e1 )
e1 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = 00j 13m 09d
e2 ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = 00j 13m 10d
k
( selisih waktu ) = 00j 33m 03d
e = 00j 13m 09d + 00j 32m
03d x ( 00j 13m 10d - ( 00j 13m 09d ))
= 00j 13m 09d,55
8.
Tentukan sudut waktu matahari ( t0 )
sesungguhnya ( hakiki ), saat terbenam dengan rumus:
Cos
t0 =
sin h0 ¸
cos fx
¸ cos d0
- tan fx
tan d0
.
= sin-10 7’
9”,26 ¸
cos -60 59’ 23” ¸
cos -60 57’ 31.4 – tan-60 59’ 23” x
tan -60 57’
31.4
t0 = 910 59’ 37”,3
= +6j 7m
58d,49
9. Terbenam matahari = pk. 12 + (+6j
7m 58d,49 )
=
pk. 18. 07. 58,49 WH – e + ( BTd –BTx )
= pk. 18. 07. 58,49 – (
+0j 13m 9d,55) + ( 1050-1100
26’ 38” )
=
pk. 17. 33. 02,4 WIB.
= pk.
17. 33. 03 WIB ( dibulatkan ).
D.
Menghitung Azimuth
Matahari ( Az0 ) saat ghurub pk. 17.33.03 WIB ( pk. 10.33.03 GMT )
dengan rumus:
Cotan A0 = tan d0 cos fx
: sin t – sin fx : tan t0.
= tan -60
57’ 31.4 x cos-60 59’ 23” ¸
sin 910 59’ 37.3 – sin -60 59’ 23” ¸
tan 910
59’ 37”,3
A0 = -820 50’
57”,39 ( SB )
Azimuth
Matahari ( Az0 ) = 1800
+ 820 50’ 57”,39
=
2620 50’ 57”,39
E.
Menentukan Right Ascension Matahari ( ARA0 )
pk. 17.33.03 WIB ( pk. 10.33.03 GMT ) dengan rumus interpolasi sebagai berikut:
ARA0
= ARA01
+ k ( ARA02 – ARA01 )
ARA01 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = 1960 19’ 42”
ARA02
( pk. 18 WIB/11 GMT ) = 1960
22’ 00”
k (
selisih waktu ) = 00j 33m 03d
ARA0 = 1960 19’ 42” + 00j
33m 03d x ( 1960 22’ 00” - 1960 19’
42”)
=
1960 20’ 58”
F.
Menentukan Right
Acsension Bulan ( ARA(
) pk. 17.33.03 WIB ( pk. 10.33.03 GMT ) dengan rumus interpolasi sebagai
berikut:
ARA( = ARA(1
+ k ( ARA(2 – ARA(1 )
ARA(1 ( pk.
17 WIB/10 GMT ) = 1970 04’
34”
ARA(2 ( pk.
18 WIB/11 GMT ) = 1970 31’
50”
k (
selisih waktu ) = 00j 33m 03d
ARA( = 1970 04’ 34” + 00j
33m 03d x ( 1970 31’ 50”– 1970 04’
34”)
= 1970 19’
35”,1
G. Menentukan Sudut Waktu Bulan ( t( ) pk.
17.33.03 WIB ( 10.33.03 GMT ) dengan rumus sebagai berikut:
t( = ARA0 + t0
- ARA(
=
1960 20’ 58” + 910 59’ 37”,3 - 1970 19’
35”,1
=
910 01’ 00”,15
H.
Menentukan
deklinasi Bulan ( d( )
pk. 17.33.03 WIB ( pk. 10.33.03 GMT ) dengan menggunakan rumus interpolasi
sebagai berikut:
d( =
d(1
+ k (d(2
-d(1
)
d(1
( pk. 17 WIB/10 GMT ) = -110
05’ 23”
d(2
( pk. 18 WIB/11 GMT ) = -110
18’ 28”
k (
selisih waktu ) = 00j 33m 03d.
d( = -110 05’ 23” + 00j
33m 03d x ( -110 18’ 28”- (-110 05’
23”))
= -110 12’ 35”,4
I.
Menentukan Tinggi
Bulan Hakiki ( h’(
) dengan menggunakan rumus:
Sin h’( = sin fx sin d( + cos fx cos d( cos t( .
= sin -60 59’ 23” x
sin -110 12’ 35”,4 + cos -60 59’ 23” x cos -110
12’ 35”,4 x
cos 910 01’
00”,15
h’( = +00 21’ 56”,19 (
tinggi hilal hakiki )
J.
Koreksi-koreksi yang diperlukan untuk memperoleh Tinggi
Hilal Mar’i ( h(
):
1.
Parallaks ( Par ), digunakan untuk mengurangi tinggi
hilal hakiki.
Untuk
mendapatkan Parallaks ( Par ) harus melalui tahapan sebagai berikut:
a.
Menentukan Horizontal
Parallaks (HP) saat ghurub, dengan rumus interpolasi sebagai berikut:
HP = HP1 + k ( HP2
– HP1 )
HP(1
( pk. 17 WIB/10 GMT ) = 000
54’ 08”
HP(2
( pk. 18 WIB/11 GMT ) = 000
54’ 08”
k ( selisih waktu ) = 00j 33m 03d
HP =
00 54’ 08” + 00j 33m 03d x ( 00
54’ 08”– 00 54’ 08”)
=
00 54’ 08”
b.
Parallaks ( Par ) = HP cos h(.
= 00 54’ 08” x
cos 00 21’ 56”,19
=
00 54’ 07”,93
1.
Semi diameter ( s.d. )
bulan tidak perlu diperhitungkan karena yang memantulkan cahaya bukan bagian
atas, melainkan kadang kala busur bagian bawah kanan, kadang kala bawah kiri
dan kadang kala busur bagian bawah tepat. Dalam hal ini adalah bagian bawah
kanan.
2.
Refraksi ( Ref ),
digunakan untuk menambah tinggi hilal hakiki, dan untuk mendapatkan refraksi
dapat digunakan rumus interpolasi yang datanya diambil dari tabel refraksi:
Ref = Ref1 + k ( Ref2
- Ref1 )
Ref1 ( h(
= +00 19’ ) = 000
26’,4
Ref2 ( h(
= +00 22’ ) = 000
25’,9
k (
selisih ) = ((00
21’ 56”,19 - 00 19’ ) ¸ ( 00
22’ - 00 19’ ))
Ref = 00 26’,4 + ((00
21’ 56”,19 - 00 19’ ) ¸ ( 00
22’ - 00 19’ )) x ( 000 25’,9 - 000 26’,4 )
= 000 25’ 54”,64
3.
Kerendahan ufuk ( ku /
dip ), digunakan untuk menambah tinggi hilal hakiki. Dan untuk mendapatkannya
dapat digunakan rumus:
ku / dip = 00 1’,76 Ö h
= 00 1’.76 Ö 95 m
= 00 17’ 09”,26
K.
Menentukan tinggi hilal mar’i ( h’( ),
dengan rumus:
h( = h’(
- Par + Ref + ku
= +00 21’ 56”,19 - 00 54’ 07”,93 + 000
25’ 54”,64 + 00 17’ 09”,26
= +000 10’ 52”,15
L.
Azimuth hilal ( Az( ) dapat
diperoleh denga rumus:
Cotan
A( = tan d( cos fx :
sin t(
– sin fx : tan t( .
= tan
-110 12’ 35”,4 x cos -60 59’ 23” : sin 910 01’
00”,15 - sin -60 59’ 23” : tan
910 01’ 00”,15
=
-780 45’ 02”,17 ( SB )
Az( = 1800 + 750 08’ 17”,49
=
2580 45’ 02”,17
M.
Posisi hilal ( P ) dapat diperoleh dengan rumus:
P( = Az(
– Az0
= 2580 45’ 02”,17 -
2620 50’ 57”,39
= -040 05’ 55”,21 (
sebelah selatan matahari terbenam ).
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar