Memperkokoh Fondasi Personal
Dalam sebuah tanya jawab di televisi, ada
penelpon yang meresahkan kondisi masyarakat di mana kejahatan telah mengubah
citra bangsa yang dikenal peramah; epidemi KKN yang tidak dapat diberangus oleh
kekuasaan; professionalitas dan etos
kerja produktif hanya sebuah human talk, bukan human commitment. “Padahal, kata
si penelpon, kurang apa lagi kita, warisan budaya leluhur telah banyak
mengajarkan pemahaman berbasis agama maupun pengetahuan, di samping juga negeri ini subur dan kaya
sumber daya”. Intinya, penelpon tadi menanyakan dimanakah letak Pancasila dalam
kehidupan bangsa ini.
“Benar, kata sang nara sumber menanggapi
pertanyaan tersebut, tetapi memang masih ada kelemahan mendasar di tingkat gaya
hidup masyarakat di mana sumber-sumber nilai masih dipahami secara parsial.
Manajemen hanya dipahami ketika di dalam kantor, leadership hanya di politik,
Tuhan hanya disanjung ketika di tempat ibadah, dan Pancasila saat upacara. Inilah split personality, kepribadian yang
tanpa format, kocar-kacir. Oleh karena itu perlu dicanangkan kampanye budaya
gaya hidup sinergis dan integrative
melalui program pemberdayaan”. Sayangnya, nara sumber tadi tidak diberi waktu
untuk menjelaskan apa itu gaya hidup sinergis atau integrative dan bagaimana
memulainya.
Tujuan Hidup
Pada
umumnya kelemahan mendasar dari gaya hidup di sejumlah negara berkembang dan
terbelakang adalah individu atau pribadi yang tidak memiliki tatanan personal yang
kokoh dan lebih banyak menggunakan senjata blaming others atau kambing hitam,
menuding pihak lain sebagai penyebab kekacauan, cenderung menunggu kebijakan
atau undang-undang dari penguasa, sehingga perubahan di tingkat individu ke
arah yang lebih baik sulit tercipta. Padahal jika saja individu mau menyadari
bahwa akan selalu ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi suatu
kondisi terburuk sekalipun, maka menuding pihak lain sebagai penyebab kekacauan
mungkin dapat dihindarkan.
Ralp Marston dalam artikel yang berjudul
Choose Your Response (Greatday 2001), menulis, “selalu tersisa pekerjaan yang
bisa anda lakukan sebagai bagian dari solusi dalam keadaan apapun”. Intinya ia
mau mengatakan bahwa pasti ada sesuatu yang bisa anda lakukan untuk memperbaiki
hidup anda sendiri. Kampanye nasional budaya gaya hidup sinergis dan
integrative mungkin hanya merupakan kewenangan penguasa dan mungkin membutuhkan
dana besar yang saat ini sangat sulit diperoleh. Oleh karena itu, mungkin saja
penantian terhadap kampanye tersebut, kebijakan atau perpu hanya merupakan
pekerjaan yang sia-sia. Dengan kondisi demikian maka anda sebaiknya tidak
menunggu apapun atau siapa pun untuk memperbaiki hidup anda. Mulailah dari
dalam diri sendiri dan lakukan sekarang juga. Bentuklah tatanan pribadi anda
dengan baik sehingga andamenjadi pribadi yang tahan uji dan mampu keluar dari
berbagai krisis yang menimpa.
Pertanyaannya adalah apa yang dapat
dijadikan dasar untuk memperkokoh tatanan pribadi atau pondasi personal dan
darimana harus memulainya? Jawabnya adalah
dengan memiliki rumusan tentang tujuan hidup yang dipahami sebagai gaya
hidup, komitmen atau karakter pribadi.
Definisi
Dalam prakteknya, tujuan hidup diletakkan
dalam satu keranjang sampah dengan khayalan, mimpi dan akivitas. Oleh karena
itu anda perlu memahami definisi yang membedakannya secara jelas. Dalam Reader’s Digest Oxford Dictionary dijelaskan
bahwa goal (tujuan) adalah obyek personal yang menjadi sasaran utama suatu usaha
atau cita-cita. Goal is destination, kawasan dimana kaki anda mendarat.
Sementara dream (khayalan atau lamunan) adalah suatu gambar atau peristiwa yang
melintas di alam fantasi pikiran anda – bukan sasaran [ Hillary Jones and Frank
Gilbert, dalam Choosing Better Life, Oxford 1999]. Sementara aktivitas merupakan media dari goal
atau destination. contoh: keberangkatan anda ke bandara untuk mereservasi tiket
dengan memilih pesawat tertentu adalah aktivitas dan kota dimana anda akan
berhenti itulah yang menjadi tujuan.
Mengacu pada definisi di atas segera anda
dapat menyimpulkan bahwa nilai hidup seluhur apapun ketika masih dipahami
sebagai dream, maka tentu saja ia tidak bisa bekerja mengubah konstruksi
realitas. Begitu juga aktivitas. Sangat mustahil membawa rumusan Paretto
tentang kerja cerdas di mana 20 % effort mestinya menghasilkan 80 % required
result ke dalam budaya kerja anda, selama anda memahami aktivitas sebagai
tujuan.
Alasan Mendasar
Ada
tiga alasan mendasar, mengapa rumusan tentang tujuan hidup perlu anda miliki
yaitu: kontrol diri, umpan daya tarik, dan sinergi kekuatan. Dalam kehidupan
sehari-hari, terkadang muncul secara tiba-tiba baik dari dalam atau ajakan dari
luar, sesuatu yang mestinya tidak memiliki hubungan apapun dengan apa yang
benar-benar anda inginkan tetapi menyita banyak energi, waktu dan pikiran.
Itulah distraksi – sesuatu yang menggoda anda meninggalkan perhatian pada
tujuan. Oleh karena itu diperlukan kontrol diri.
Jika anda menyaksikan dunia ini bekerja,
mengapa orang kaya malah gampang mendapat kekayaan, orang pintar gampang
mendapat kedudukan, dst. Bukan nasib dalam pengertian gift tetapi daya tarik
dalam makna achievement. Bahkan mengapa
orang yang sudah jahat merasa kesulitan untuk berbuat baik meskipun hanya
dengan senyuman yang gratis? Tujuan yang telah anda rumuskan untuk membidik
satu objek akan menarik anda secara ‘tersembunyi’ ke arah yang anda maksudkan. Dengan satu
syarat: setelah anda memiliki persiapan sempurna untuk menerimanya!
Semua orang menggantungkan harapan kepada
dunia yang bisa dikatakan sama: hidup terhormat, memiliki kemakmuran,
meninggalkan warisan yang cukup, dan mati masuk surga. Sama sekali tidak salah
dengan harapan itu, sebab semua manusia sudah diberi potensi dasar untuk
mencapainya. Anda memiliki imajinasi, pikiran, tindakan, dan perangkat lain.
Tetapi persoalannya, bagaimana menyatukan perangkat tersebut menjadi satu
kekuatan utuh untuk mencapai sasaran? Tujuan yang telah anda rumuskan akan
menjadi media efektif bagi anda untuk menyatukan seluruh kekuatan yang anda
miliki.
Merumuskan
Dari
sekian banyak referensi tekhnis tentang cara merumuskan tujuan hidup, anda
dapat mengacu pada formula berikut:
1.
Konseptualisasi
Mulailah dengan menyusun rumusan secara
tertulis tentang apa yang benar-benar anda inginkan. Rumusan tersebut selain
tertulis di atas kertas putih, kertas pikiran, juga dinyatakan ke dalam bentuk
kalimat positif. Lukislah tujuan anda dengan imajinasi untuk memberi otak kanan
anda bekerja secara adil.
2.
Keterkaitan Rasional
Rumusan tersebut harus memiliki keterkaitan
rasional dengan kemampuan dan keberadaan anda saat ini. Sebab jika tidak, akan muncul masa frustrasi yang melelahkan. Keterkaitan rasional adalah sesuatu yang
attainable (paling mungkin diraih) berdasarkan kemampuan, keahlian dan kekuatan
anda.
3.
Spesifik
Tujuan harus dirumuskan menjadi bentuk
representasi padanan fisik yang khusus dan jelas. Tidaklah cukup hanya dengan
menulis bahwa anda ingin kaya atau terhormat karena hal itu tidak memenuhi unsur
kejelasan dan spesifik. Dengan kata lain, spesifik yang dimaksudkan disini
adalah bahwa rumusan tujuan hidup anda harus memiliki tolok ukur (ada suatu
standard yang ingin dicapai)dan measurable (dapat diukur sejauh mana
perkembangan anda dalam mendekatakn diri pada tujuan).
4.
Bermakna
Tujuan hidup harus berupa sesuatu yang relevan
dengan kondisi diri anda. Artinya sesuatu tersebut harus berupa objek yang
berguna bagi anda. Jika anda sedang
menganggur, maka tujuan hidup yang paling bijak adalah mendapatkan atau
menciptakan pekerjaan.
5.
Batas Waktu
Tulislah batas waktu yang jelas, kapan tujuan hidup anda bisa dicapai dengan
pentahapannya. Klasifikasikan tujuan hidup anda menjadi tiga: jangka pendek –
menengah – jangka panjang.
Dengan memahami rumusan tekhnis di atas, bisa
saja dielaborasi sesuai kepentingan, cobalah mengaplikasikannya ke dalam
wilayah – wilayah sentral. Umumnya manusia memiliki sejumlah wilayah sentral
tertentu: karir, keluarga, kesehatan fisik, format lingkungan yang anda
pilih, pengembangan SDM, kematangan
spiritual dan moral, status social dan
budaya.
Realisasi
Untuk dapat merealisasikan tujuan hidup anda
maka diperlukan beberapa langkah sebagai berikut:
1.
Pentahapan
Jangan tergoda untuk menjalankan seluruh
keinginan sekali dalam satu projek hanya
karena nafsu ingin cepat yang hakekatnya malah memperlambat. Pikiran anda hanya
akan bekerja untuk satu objek tunggal yang spesifik. Yakinilah, jika anda bisa
menyelesaikan persoalan dari bagian yang paling kecil berarti anda mampu
menyelesaikan banyak hal yang besar. Persoalannya terkadang langkah pentahapan
berdasarkan kemampuan yang sering anda lupakan. Kesuksesan dengan kata lain
adalah proses realisasi ide-ide perbaikan secara terus-menerus berdasarkan
pentahapan.
2.
Visualisasi
Visualisasi adalah membendakan sesuatu yang
masih gaib melalui penglihatan mental. Lihatlah model rumah yang anda inginkan
di kepala anda secara lengkap dengan taman atau letak kamar mandinya. Peganglah
erat-erat, semua kreasi diciptakan melalui dua tahap, yaitu tahapan mental dan
terakhir tahapan fisik. Visualisasikan sesuatu yang anda inginkan sampai
benar-benar mengalami kristalisasi mental atau feel of becoming or having –
merasakan seakan-akan anda sudah menjadi atau memiliki sesuatu yang anda
inginkan. Berilah imajinasi anda bekerja untuk membantu bukan melawan anda.
3.
Inspirasi
Inspirasi adalah percikan ide-ide kreatif yang
waktu dan tempatnya jarang anda kenali, kecuali anda sudah melatih-diri dengan
pembiasaan. Inspirasi adalah akibat-hasil dari proses pengembangan diri. Inspirasi merupakan penemuan momentum of
“Aha”. Inspirasi dapat anda munculkan dengan ‘conditioning’. Caranya? Temukan
momen khusus yang menjadi kebiasaan untuk membuka dialog-diri, misalnya tengah
malam atau di kamar mandi, atau lain. Agendakan untuk bertemu kenalan tanpa
konsekuensi atau interest apapun selain silaturrohim. Pelajari sebanyak mungkin
prestasi yang dihasilkan.
4.
Target
Buatlah target pencapaian dari apa yang
benar-benar anda inginkan. Memenuhi target bisa dilakukan dengan dua cara,
yaitu, pertama deadline matematis di mana anda menjadikan target sebagai tujuan
mikro dengan waktunya yang detail. Kedua dengan cara kristalisasi mental di
mana anda SEKARANG ini seakan-akan sudah merasakan vibrasi fisiknya dari apa
yang anda inginkan. Jangan sekali-kali mengundang kehadiran virus
"NANTI" karena ia seringkali menawarkan bujukan yang berarti tidak
pernah terjadi. Dengan berpikir NANTI, anda telah kehilangan daya tarik ke arah
“Menjadi” atau “Memiliki” saat ini.
5.
Keyakinan
Keyakinan menentukan karakter hidup terutama
ketika anda menghadapi tantangan. Karakter sukses diciptakan dari keyakinan
sukses dan begitu sebaliknya. Di tengah anda menjalani proses realisasi, mudah sekali virus muncul dan hanya bisa
dilawan dengan keyakinan anda. Virus itu adalah rasa ragu-ragu, pesimisme, rasa
tidak berdaya melawan tantangan, rasa malas, rasa putus asa, dan pasrah
terhadap kemauan realitas. Oleh karena itu, ciptakan keyakinan sukses dengan
mendatangkan sejumlah alasan yang bisa diterima oleh keyakinan anda.
6.
Kesadaran Proses
Kalau anda menyaksikan bahwa ada seseorang
yang hanya berjualan air putih bisa
hidup mandiri tetapi kemudian anda dapatkan pemegang gelar akademik tidak
mandiri, maka pembedanya tidak lain adalah kesadaran proses. Penjual itu telah
menempuh proses yang memungkinkan terbentuknya sistem hidup mulai dari mana ia
mengambil air lalu kepada siapa ia menjualnya, dst. Sistem bergerak
stabil. Keahlian, ketrampilan, atau
ijazah akademik tidak bisa mengganti peranan proses oleh karena itu siapa pun
anda, maka anda harus tetap menempuh tangga proses yang sudah menjadi undang-undang
hukum alam.
7.
Interaksi
Anda tidak mungkin sukses meraih tujuan tujuan
itu seorang diri. Ibarat baterai, sebesar apapun kandungan watt-nya maka
selamanya tidak akan menciptakan cahaya selama tidak diinteraksikan dengan
perangkat lain yang menjadi pasangannya. Sama juga dengan tujuan anda. Seni bagaimana tujuan anda diinteraksikan
kepada pihak lain yang menjadi pesangannya harus anda miliki. Mengapa seni itu
diperlukan? Terkadang anda mencipatakan interaksi tujuan bukan dengan pasangannya
sehingga melahirkan dua kemungkinan yaitu interaksi tersebut tidak bekerja atau
malah merusak tatanan.
Uraian singkat di atas setidaknya bisa memberi
gambaran bahwa ibarat mendirikan bangunan gedung, maka fondasilah yang pertama
kali harus dipikirkan. Tak ubahnya juga dengan hidup anda. Jika anda sudah
memahami bahwa setiap hari berpikir untuk mengubah tatanan konstruksi bagian
atas, bahkan bisa jadi berniat untuk mengubah bangunan menjadi gedung
bertingkat, sudahkah anda memikirkan tentang pondasi personal anda?. Semoga berguna.(jp)
_____________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar