PENDIDIKAN ANAK
BAGAIMANA MENDIDIK ANAK-ANAK KITA?
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka.” (At-Tahrim:
6).
Ibu, bapak dan guru bertanggung jawab di
hadapan Allah terhadap pendidikan generasi muda. Jika pendidikan mereka baik,
maka berbahagialah generasi tersebut di dunia dan akhirat. Tapi jika mereka
mengabaikan pendidikannya maka sengsaralah generasi tersebut, dan beban dosanya
berada pada leher mereka. Untuk itu disebutkan dalam suatu hadits Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wa Sallam:
(( كُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ))
“Setiap orang di antara kamu adalah pemimpin, dan masing-masing
bertanggung jawab atas yang dipimpin-nya.” (Muttafaq
‘Alaih).
Maka adalah merupakan kabar gembira bagi
seorang guru, perhatikan sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam berikut
ini:
(( فَوَ اللهِ لأَنْ
يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النِّعَمَ ))
“Demi
Allah, bahwa petunjuk yang diberikan Allah kepa-da seseorang melalui kamu lebih
baik bagimu daripada kekayaan yang banyak.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
Dan juga merupakan kabar gembira bagi kedua
orangtua, sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam berikut ini:
(( إِذَا مَاتَ
اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ
عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ ))
“Jika
seseorang mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendo’akannya.” (HR.
Muslim).
Maka setiap pendidik hendaknya
melakukan perbaikan dirinya terlebih dahulu, karena perbuatan baik bagi
anak-anak adalah yang dikerjakan oleh pendidik, dan perbuatan jelek bagi
anak-anak adalah yang ditinggalkan oleh pen-didik. Karenanya, sikap baik guru
dan orangtua di depan anak-anak merupakan pendidikan yang paling utama. Lalu,
di antara yang perlu diperhatikan adalah:
1. Melatih
anak-anak untuk mengucapkan kalimat syahadat.
(( لاَ إِلَـهَ
إِلاَّ اللَّـهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ ))
Dan menjelaskan maknanya ketika mereka
sudah besar.
2. Menanamkan rasa cinta dan iman kepada Allah
dalam hati mereka, karena Allah adalah Pencipta, Pemberi rizki dan Penolong
satu-satunya tanpa ada sekutu bagiNya.
3. Memberi
kabar gembira kepada mereka dengan janji Surga, bahwa Surga akan diberikan
kepada orang-orang yang melakukan shalat, puasa, mentaati kedua orangtua dan
berbuat amalan yang diridhai oleh Allah, serta menakut-nakuti mereka dengan Neraka,
bahwa Neraka diperuntukkan bagi orang yang meninggalkan shalat, menyakiti
orangtua, membenci Allah, melakukan hukum selain hukum Allah dan memakan harta
orang dengan menipu, membohongi, riba dan lain sebagainya.
4. Mengajarkan
anak-anak untuk meminta dan memohon pertolongan hanya kepada Allah semata,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam kepada anak
pamannya:
“Jika
kamu meminta sesuatu mintalah kepada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan
mohonlah kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi).
MENGAJARKAN SHALAT
1. Pengajaran
shalat kepada anak laki-laki maupun perempuan pada masa kecil adalah wajib agar
mereka terbiasa jika sudah besar. Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam
bersabda:
(( عَلِّمُوْا
أَوْلاَ دَكُمُ الصَّلاَةَ إِذَا بَلَغُوْا سَبْعًا وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا
إِذَا بَلَغُوْا عَشْرًا وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ ))
“Ajarkanlah
shalat kepada anak-anakmu jika sudah sam-pai umur tujuh tahun, pukullah karena
meninggalkannya jika sudah sampai umur sepuluh tahun dan pisahkan tempat tidur
mereka.” (HR. Ahmad).
Pengajaran
shalat tersebut dilakukan dengan wudhu dan shalat di depan mereka, membawa
mereka pergi bersama ke masjid, memberikan kepada mereka buku tentang cara-cara
shalat sehingga seluruh keluarga mempelajari tata cara shalat. Hal ini
merupakan kewajiban seorang guru dan kedua orangtua. Setiap pengurangan
tanggung jawab tersebut akan ditanya oleh Allah.
2. Mengajarkan
Al-Qur’anul Karim kepada anak-anak, di-mulai dari surat Al-Fatihah dan surat-surat pendek serta
menghafal do’a tahiyat untuk shalat. Menyediakan guru untuk mengajarkan
tajwid, menghafal Al-Qur’an dan Hadits.
3. Mendorong
anak-anak shalat Jum’at dan jama’ah di mas-jid di belakang kaum laki-laki,
berlemah lembut dalam memberi nasihat jika mereka bersalah, tidak dengan suara
keras dan mengagetkan mereka, agar mereka tidak meninggalkan shalat kemudian
kita berdosa. Jika ingat masa kanak-kanak dan permainan kita dahulu, tentu kita
akan memaklumi hal itu.
MEMPERINGATKAN UNTUK MENJAUHI LA-RANGAN
1. Memperingatkan
anak untuk tidak kafir, mencerca dan melaknat orang serta berbicara yang jelek.
Menyadarkan anak dengan lemah lembut bahwa kekufuran itu haram yang menyebabkan
kerugian dan masuk Neraka. Hendaknya kita menjaga ucapan di depan mereka agar
menjadi teladan yang baik bagi mereka.
2. Memperingatkan
anak untuk tidak main judi dengan se-gala macamnya, seperti yanasib, rolet
dan lainnya, meskipun hanya untuk hiburan, karena hal itu mendorong kepada
perjudian, pertikaian serta merugikan diri, harta dan waktu, juga melalaikan
mereka dari shalat.
3. Melarang
anak-anak membaca majalah dan gambar porno serta cerita-cerita komik persilatan
dan seksualitas. Melarang penyiaran film-film serupa di bioskop maupun TV karena
berbahaya bagi akhlak dan masa depan anak-anak.
4. Melarang
anak merokok dan memberi pengertian kepada mereka bahwa para dokter telah
sepakat tentang bahaya rokok bagi badan, menyebabkan kanker, merusak gigi,
baunya tidak enak, merusak paru-paru dan tidak ada faedahnya sehingga menjual
dan menghisapnya adalah haram. Menasihatkan kepada mereka untuk makan
buah-buahan dan asinan sebagai ganti rokok.
5. Membiasakan
anak-anak jujur dalam perkataan dan perbuatan. Hendaknya kita tidak berbohong
kepada mereka, meskipun hanya bergurau. Jika kita menjanjikan sesuatu kepada
mereka hendaknya kita penuhi. Dalam hadits shahih disebutkan:
(( مَنْ قَالَ
لِصَبِيٍّ تَعَالَ هَاكَ (خُذْ) ثُمَّ لَمْ يُعْطِهِ فَهِيَ كِذْبَةٌ ))
“Barangsiapa
berkata kepada anak kecil, ‘ambillah’ kemudian tidak memberinya maka hal itu
adalah kebohongan.” (HR. Ahmad).
6. Tidak
memberi makan kepada anak-anak dengan uang haram seperti uang sogok, riba,
hasil curian dan penipuan, karena hal itu menyebabkan kesengsaraan,
kedurha-kaan dan kemaksiatan mereka.
7. Tidak
mendo’akan kebinasaan dan kemurkaan terhadap anak, karena do’a baik maupun
buruk kadang-kadang di-kabulkan, dan mungkin menambah kesesatan mereka. Lebih
baik jika kita mengatakan kepada anak: “Semoga Allah memperbaiki kamu.”
8. Memperingatkan
anak-anak untuk tidak melakukan per-buatan syirik kepada Allah, seperti:
berdo’a kepada orang-orang yang sudah mati, meminta pertolongan dari mereka,
dengan keyakinan bahwa mereka bisa menda-tangkan bahaya maupun manfaat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak pula
memberi madharat ke-pada selain Allah, sebab jika kamu berbuat yang demiki-an
itu, maka sesungguhnya kalau begitu kamu termasuk orang-orang yang zhalim
(musyrik).” (Yunus: 106).
MENUTUP AURAT DAN HIJAB
1. Memberikan
kepada anak perempuan kain penutup aurat pada masa kecilnya agar terbiasa pada
waktu dewasa. Tidak memberikan pakaian pendek kepada mereka, tidak memberikan
celana dan baju saja karena hal itu menyerupai kaum lelaki, orang-orang kafir
dan menyebabkan fitnah. Menyuruh kepadanya untuk menggunakan kerudung di atas
kepala sejak umur tujuh tahun, menutup wajah ketika sudah dewasa dan memakai
pakaian hitam panjang yang menutupi seluruh aurat yang dapat menjaga
kehormatannya. Dan Al-Qur’an mengajak kepada seluruh perempuan kaum mukmin
untuk berhijab, sebagaimana disebutkan:
“Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuan dan isteri-isteri
orang mukmin: hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya merela lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka
tidak diganggu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab:
59).
Al-Qur’an juga melarang kaum wanita
terlalu bertingkah dan berhias di luar rumah. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
“Dan
janganlah kamu berhias dan bertingkah laku se-perti orang-orang jahiliyah yang
dahulu.” (Al-Ahzab: 33).
2. Mewasiatkan
kepada anak untuk memakai pakaian sesuai jenisnya sehingga pakaian wanita tidak
sama dengan pakaian lelaki, juga mewasiatkan kepada mereka untuk men-jauhi
pakaian asing seperti celana sempit, memanjangkan kuku dan rambut serta
memendekkan jenggot. Dalam hadits shahih disebutkan:
(( لَعَنَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ
بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ وَلَعَنَ
الْمُخَنَّثِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ ))
“Nabi
Muhammad Shallallaahu Alaihi wa Salam melaknat kaum lelaki yang memakai pakaian
seperti kaum wanita dan kaum wanita yang memakai pakaian seperti kaum lelaki,
serta melaknat kaum waria baik laki-laki maupun perempuan.” (HR.
Al-Bukhari).
(( مَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ))
“Barangsiapa
menyerupai suatu kaum berarti ia terma-suk di dalam kaum tersebut.” (HR.
Abu Daud).
AKHLAK DAN SOPAN SANTUN
1. Kita
biasakan anak untuk menggunakan tangan kanan dalam mengambil, memberi, makan,
minum, menulis dan menerima tamu. Mengajarkannya untuk selalu memulai setiap
pekerjaan dengan basmalah terutama untuk makan dan minum. Dan itu harus
dilakukan dengan duduk serta diakhiri dengan membaca hamdalah.
2. Membiasakan
anak untuk selalu menjaga kebersihan, memotong kukunya, mencuci kedua tangannya
sebelum dan sesudah makan, dan mengajarinya untuk bersuci ketika buang air
kecil maupun air besar, sehingga tidak membuat najis pakaiannya dan shalatnya
menjadi sah.
3. Berlemah
lembut dalam memberi nasihat kepada mereka dengan secara diam-diam. Tidak
membuka kesalahan mereka di depan umum. Jika mereka tetap membandel maka kita
diamkan selama tiga hari dan tidak lebih dari itu.
4. Menyuruh
anak-anak untuk diam ketika adzan berkumandang dan menjawab bacaan-bacaan
muadzin kemudian bersalawat atas Nabi dan berdo’a:
((
اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ
مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا
الَّذِيْ وَعَدْتَهُ ))
5. Memberi kasur pada setiap anak jika
memungkinkan, jika tidak maka setiap anak diberikan selimut sendiri-sendiri.
Akan lebih utama jika anak perempuan mempunyai ka-mar sendiri dan anak
laki-laki mempunyai kamar sendiri, guna menjaga akhlak dan kesehatan mereka.
6. Membiasakan
mereka untuk tidak membuang sampah dan kotoran di tengah jalan dan
menghilangkan hal yang menyebabkan mereka sakit.
7. Mewaspadai
persahabatan mereka dengan kawan-kawan yang nakal, mengawasi mereka, dan
melarang mereka duduk-duduk di pinggir jalan.
8. Memberi
salam kepada anak-anak di rumah, di jalan dan di kelas dengan lafazh:
(( السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ))
9. Berpesan kepada anak untuk berbuat baik kepada
tetangga dan tidak menyakiti mereka.
10. Membiasakan anak bersikap hormat dan
memuliakan tamu serta menghidangkan suguhan baginya.
JIHAD DAN KEBERANIAN
1. Harus
diadakan pertemuan khusus bagi keluarga dan pelajar untuk dibacakan riwayat
hidup Rasulullah dan para sahabatnya. Hal ini agar mereka memahami bahwa
Rasulullah adalah pemimpin yang berani. Sedangkan para sahabatnya, seperti Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membuka negeri kita sehingga
menjadi faktor penyebab ke-Islaman kita dan mereka telah mendapat kemenangan
dengan iman, jihad, amal dan akhlak mereka yang tinggi.
2. Mendidik
anak-anak berani menyeru kebaikan dan men-cegah kemungkaran, tidak takut
kecuali kepada Allah dan tidak menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita dan
dongeng-dongeng bohong yang menakutkan.
3. Menanamkan
pada anak kecintaan balas dendam kepada orang-orang Yahudi dan kaum zhalim.
Pemuda-pemuda kita akan membebaskan Palestina dan Masjid Al-Aqsha ketika mereka
kembali kepada Islam dan jihad di jalan Allah serta akan mendapat kemenangan
dengan izin Allah.
4. Memberikan
cerita-cerita yang mendidik, bermanfaat dan Islami, seperti serial cerita-cerita
dalam Al-Qur’an, seja-rah Nabi, pahlawan dan kaum pemberani dari para sa-habat
dan orang-orang Islam lainnya, dengan membaca-kan misalnya kitab:
- Asy-Syamaa’il
Al-Muhammadiyah wal Akhlaaq An-Nabawiyah wal Aadaab Al-Islamiyah.
- Al-‘Aqidah
Al-Islamiyah min Al-Kitab wa As-Sunnah As-Shahihah.
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA
Jika kamu ingin berhasil di dunia
dan di akhirat, maka kerjakanlah beberapa pesan sebagai berikut:
1. Berbicaralah
kepada kedua orangtuamu dengan sopan santun, jangan mengucapkan “ah”
kepada mereka, jangan hardik mereka dan berkatalah kepada mereka de-ngan ucapan
yang baik.
2. Ta’atilah
selalu kedua orangtuamu selama tidak dalam maksiat, karena tidak ada ketaatan
pada makhluk yang bermaksiat kepada Allah.
3. Berlemah
lembutlah kepada kedua orangtuamu, jangan bermuka masam di depannya, dan
janganlah memelototi mereka dengan marah.
4. Jaga
nama baik, kehormatan dan harta benda kedua orangtua. Dan janganlah mengambil
sesuatu pun tanpa seizin keduanya.
5. Lakukanlah
hal-hal yang meringankan meski tanpa perintah mereka. Seperti membantu
pekerjaan mereka, membelikan beberapa keperluan mereka dan bersungguh-sungguh
dalam mencari ilmu.
6. Musyawarahkan
segala pekerjaanmu dengan orangtua dan mintalah maaf kepada mereka jika
terpaksa kamu berselisih pendapat.
7. Bersegeralah
memenuhi panggilan mereka dengan wajah berseri-seri sambil berkata, “Ada apa, Ibu!” atau “Ada apa, Ayah!”
8. Hormatilah
kawan dan sanak kerabat mereka ketika mereka masih hidup dan sesudah mati.
9. Jangan
membantah mereka dan jangan pula menyalahkan mereka, tapi usahakan dengan sopan
kamu dapat menjelaskan yang benar.
10. Jangan
membantah perintah mereka, jangan mengeraskan suaramu kepada mereka.
Dengarkanlah pembicaraan mereka, bersopan santunlah terhadap mereka, dan jangan
mengganggu saudaramu untuk menghormati kedua orangtuamu.
11. Bangunlah
jika kedua orangtuamu masuk ke tempatmu dan ciumlah kepala mereka.
12. Bantulah
ibumu di rumah dan jangan terlambat membantu ayahmu di dalam pekerjaannya.
13. Jangan
pergi jika mereka belum memberi izin, meski untuk urusan penting, jika terpaksa
harus pergi maka mintalah maaf kepada keduanya dan jangan sampai memutuskan surat menyurat dengan
mereka.
14. Jangan
masuk ke tempat mereka kecuali setelah mendapat izin terutama pada waktu tidur
dan istirahat mere-ka.
15. Apabila
tergoda untuk merokok, maka jangan merokok di depan mereka.
16. Jangan
makan sebelum mereka dan jangan mencela mereka jika berbuat sesuatu yang tidak
kamu sukai.
18. Jangan
utamakan isterimu atau anakmu atas mereka. Mintalah restu dan ridha mereka
sebelum melakukan sesuatu, karena ridha Allah terletak pada ridha kedua
orangtua dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan mereka.
19. Jangan
duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka dan jangan menyelonjorkan kedua
kakimu dengan congkak di depan mereka.
20. Jangan
congkak terhadap nasib ayahmu, meski engkau seorang pejabat tinggi, dan
usahakan tidak pernah meng-ingkari kebaikan mereka atau menyakiti mereka, meski
hanya satu kata.
21. Jangan
kikir menginfakkan harta benda kepada mereka sampai mereka mengadu padamu, itu
merupakan kehinaan bagimu. Dan itu akan kamu dapatkan balasannya dari
anak-anakmu. Apa yang kamu perbuat akan menda-pat balasannya.
22. Perbanyaklah
melakukan kunjungan kepada kedua orangtua dan memberi hadiah, sampaikan terima
kasih atas pendidikan dan jerih payah keduanya, dan ambillah pelajaran dari
anak-anakmu yaitu engkau merasakan be-ratnya mendidik mereka.
23. Orang
yang paling berhak mendapat penghormatan adalah ibumu, kemudian ayahmu. Ketahuilah
bahwa Surga berada di bawah telapak kaki ibu.
24. Usahakan
untuk tidak menyakiti kedua orangtua dan menjadikan mereka marah sehingga kamu
merana di dunia dan akhirat, kelak anak-anakmu akan memperlakukan kamu
sebagaimana kamu memperlakukan kedua orang-tuamu.
25. Jika
meminta sesuatu dari kedua orangtuamu maka berlemah lembutlah, berterima
kasihlah atas pemberian mereka, maafkanlah mereka jika menolak permintaanmu,
dan jangan terlalu banyak meminta agar tidak menggang-gu mereka.
26. Jika
kamu mampu mencari rizki maka bekerjalah dan bantulah kedua orangtuamu.
27. Kedua
orangtuamu mempunyai hak atas kamu, dan isterimu mempunyai hak atas kamu, maka
berilah hak mereka. Jika keduanya berselisih usahakan kamu mem-pertemukan
mereka dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam.
28. Jika
kedua orangtuamu bertengkar dengan isterimu, maka bertindaklah bijaksana, dan
berilah pengertian kepada isterimu bahwa kamu berpihak padanya jika ia benar,
hanya kamu terpaksa harus mendapatkan ridha kedua orangtua.
29. Jika
kamu berselisih dengan kedua orangtua tentang perkawinan dan thalak maka
kembalikan pada hukum Islam, karena hal itu merupakan penolong yang paling
baik.
30. Do’a
orangtua untuk kebaikan dan kejelekan diterima Allah, maka hati-hatilah
terhadap do’a mereka untuk kejelekan.
31. Bersopan
santunlah dengan orang lain, karena barang-siapa mencela orang lain maka orang
itu akan mencaci-nya. Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
(( مِنَ
الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ
أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ ))
“Di
antara dosa-dosa besar adalah cacian seseorang terhadap kedua orangtuanya; ia
mencaci orang lain maka orang itu akan mencaci ayahnya, ia mencaci ibu orang
lain maka orang itu akan mencaci ibunya.”
32. Kunjungilah kedua orangtuamu ketika masih
hidup dan sesudah matinya, bersedekahlah atas nama mereka dan perbanyaklah
berdo’a untuk mereka, misalnya dengan do’a:
(( رَبِّ اغْفِرْلِى
وَلِوَالِدَيَّ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا ))
JAUHILAH DOSA-DOSA BESAR
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Jika
kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang
kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga). (An-Nisaa’:
31).
2. Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam
bersabda:
(( إِتَّقِ
الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ ))
“Jauhilah
perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah tentu engkau akan menjadi orang yang
paling banyak ibadahnya.” (HR. Ahmad).
3. Dosa
besar adalah setiap maksiat yang mempunyai hukuman (had) di dunia atau
ancaman di akhirat.
4. Jumlah
dosa-dosa besar, oleh Ibnu Abbas Radhiallaahu anhum disebutkan berjumlah sampai
tujuh ratus macam, lebih dekat daripada tujuh macam. Hanya tidak ada yang
dinamakan dosa besar jika diikuti dengan istighfar dan tidak ada yang
dinamakan dosa kecil jika dilakukan terus-menerus.
MACAM-MACAM DOSA BESAR
1. Dosa
besar dalam akidah: Syirik kepada Allah, yaitu beribadah atau berdo’a kepada
selain Allah. Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
(( الدُّعَاءُ هُوَ
الْعِبَادَةٌ ))
“Do’a adalah ibadah.” (HR.
At-Tirmidzi).
Mengajarkan
syari’at untuk dunia saja, menyembunyikan ilmu, khianat, mempercayai dukun atau
peramal, menyembelih kurban dan bernazar untuk selain Allah, menggambar orang
atau hewan, membuat atau menggantungkan patung, memanjangkan baju atau celana
ke bawah tumit untuk ke-sombongan, bersumpah dengan selain nama Allah, tidak
mengkafirkan orang kafir, membohongi Allah dan Rasul-Nya, merasa aman terhadap
adzab Allah, menampar muka atau meratap pada waktu kematian, tidak mengakui
adanya qadar, menggantungkan jimat seperti kalung, tulang atau telapak tangan yang
digantungkan pada anak-anak, mobil atau rumah.
2. Dosa
besar dalam hal jiwa dan akal: Membunuh orang dengan tanpa alasan yang benar,
membakar orang dan hewan dengan api. Mengulur-ulur waktu pemberian hak orang
lemah, isteri, murid, pembantu dan binatang melata, belajar sihir, melakukan
ghibah dan menyebar fitnah, minum-minuman khamar yang memabukkan dengan
segala bentuknya (seperti khamar, sari anggur, wisky, bir dan lain sebagainya),
minum racun, makan daging babi dan bangkai tanpa sebab yang mendesak, minum-minuman
yang memba-hayakan (seperti rokok, ganja dan lain sebagainya), bunuh diri meski
dengan pelan-pelan seperti merokok, berkelahi mempertahankan yang batil,
menganiaya dan melawan orang, menolak kebenaran dan marah karenanya, sombong,
berprasangka buruk kepada orang Islam, mengkafirkannya tanpa alasan atau
mencercanya atau mencerca salah seorang di antara sahabat Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wa Sallam, sombong dan bangga, selalu mencari rahasia
orang, menjatuhkan nama baik hakim untuk menyakitinya, dan berbohong pada
hampir seluruh ucapan-nya.
3. Dosa
besar dalam hal harta Anda: Makan harta anak yatim, main judi bagimana pun
bentuknya, mencuri, melaku-kan penodongan, perampasan, sogok, pengurangan
tim-bangan, sumpah palsu, penipuan dalam jual beli, tidak me-menuhi janji,
memberi kesaksian palsu, monopoli, wasiat palsu, menyembunyikan kesaksian,
tidak rela dengan pem-bagian Allah dan pemakaian perhiasan emas bagi kaum
lela-ki.
4. Dosa
besar dalam hal ibadah: Meninggalkan shalat atau melaksanakan di luar waktunya
tanpa udzur, tidak mengeluarkan zakat, berbuka puasa pada bulan Ramadhan tanpa
udzur, tidak menunaikan ibadah haji padahal mampu, lari dari jihad di jalan
Allah, meninggalkan jihad dengan jiwa, harta atau lisan bagi yang diwajibkan,
meninggalkan shalat Jum’at atau jama’ah tanpa udzur, meninggalkan dakwah amar
ma’ruf nahi mungkar bagi yang mampu, tidak membersihkan kencingnya dan
tidak mengamalkan ilmunya.
5. Dosa
besar dalam keluarga dan keturunan: Zina, homoseksual, menjatuhkan kehormatan
kaum mukminat yang terjaga baik dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar,
berhias yang berlebihan bagi wanita, menampakkan rambutnya, wanita menyerupai
laki-laki dan laki-laki menyerupai wanita, menyakiti kedua orangtua, menjauhi
keluarga tanpa alasan syara’, wanita menolak ajakan suaminya tanpa alasan
seperti haid atau nifas, perbuatan orang yang mengawini wanita setelah thalak
tiga, wanita bepergian sendirian, meng-gunakan nasab selain ayahnya padahal ia
mengetahui nasab ayahnya, rela terhadap keluarganya yang melakukan zina,
menyakiti tetangga, mencabut rambut di wajah atau alis.
6. Taubat dari perbuatan dosa besar: Wahai
saudaraku seagama, jika Anda berbuat dosa besar maka tinggalkanlah segera,
bertaubat dan minta ampunlah kepada Allah serta jangan mengulanginya lagi,
sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya
taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan
kejahatan lantaran ke-bodohan, yang kemudian mereka bertaubat dengan se-gera,
maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya. Dan Allah Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana.” (An-Nisaa’: 17).
[1]
SYARAT DITERIMANYA TAUBAT
Adapun syarat diterimanya taubat
yaitu:
1. Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus
ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena lainnya.
2. Menyesali
dosa yang telah diperbuatnya.
3. Meninggalkan
sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
4. Tidak
mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi perbuatan
dosa tersebut.
5. Istighfar.
Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hakNya.
6. Memenuhi
hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut.
7. Waktu
diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam :
“Sesungguhnya
Allah akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR.
At-Tirmidzi, hasan).
[1] Mujahid
dan lainnya berkata: “Setiap orang yang melakukan maksiat kepada Allah, baik
tidak sengaja ataupun disengaja maka ia bodoh (jahil).” (Tafsir Ibnu Katsir I,
hal 464, pen.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar