KHUTBAH
NIKAH
Assalamualaikum Wr. Wb.
الحمد لله المحمود بنعمته المعبود بقدرته المطاع بسلطانه
المرهوب من
عذابه وسطوته النافذ امره فى سمائه وارضه الذى خلق الخلق
بقدرته
وسيرهم باحكامه
ومشيئته وجعل المصاهرة سببا لاحقا وامرا مفترضا
اوشج اى شبك به الانام واكرم به الارحام فقال عز من قا ئل
وهوالذى
خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهراوكان ربك قديرا ولكل قدر
اجل
ولكل اجل كتاب يمحو الله ما يشاء ويثبت وعنده ام الكتاب.
Hadirin-hadirat yang berbahagia
Puji dan syukur marilah kita panjatkan
ke hadirat Allah SWT. Pada pagi hari ini kita dapat menyaksikan sekaligus ikut
merasakan keindahan yang dirasakan oleh Ananda ............dan ................... Ananda berdua insya Allah mendapat pahala dan anugerah dalam
akad nikah, dan kami juga mendapat
pahala karena dapat ikut serta merasakan kebahagiaan Ananda.
Saya juga mengucapkan selamat kepada
keluarga besar Ananda berdua yang telah dengan ikhlas hati mengantarkan Ananda
pada suasana yang agung dan bersejarah
ini. Mudah-mudahan peristiwa ini dicatat oleh Allah sebagai amal jariyah bagi
ayah, ibu, dan keluarga Ananda berdua.
Amin.
Saya juga berharap, mudah-mudahan
peristiwa akad nikah di sore hari ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang hadir. Sekurang-kurangnya dapat menjadi sarana
mendaur ulang memori kita, sekaligus nasihat untuk melanjutkan hidup
berkeluarga yang penuh kejujuran, kasih sayang, ketenteraman dan berkah. Amin
ya rabbal ‘alamin.
Ananda......................
Sebentar lagi Ananda akan melaksanakan akad nikah. Proses aqad nikah itu sangat singkat. Kira-kira hanya berlangsung lima menit. Namun sebaiknya Ananda pahami dan hayati bahwa peristiwa akad nikah yang singkat itu memiliki makna yang sangat agung di hadapan Allah dan manusia. Bobot keagungan akad nikah itu disetarakan dengan perjanjian seorang Nabi dengan Allah S.W.T. Perjanjian agung itu disebut dalam Al-Qur’an dengan ungkapan Mitsaqan Ghalidzo. Begitu pentingnya makna yang terkandung dalam istilah Mitsaqan Ghalidzo, maka Al-Qur’an hanya menyebutnya dua kali, yaitu dalam peristiwa perjanjian para Nabi dengan Allah dan peristiwa Akad nikah seperti pagi ini.
Ananda berdua yang
berbahagia
Khusus berkaitan dengan kesempatan
ini, saya merasa perlu menegaskan beberapa hal yang saya yakin Ananda berdua telah mengetahuinya.
Pertama, Ananda berdua semula tidak saling tahu, lantas akhirnya menjadi kenal.
Sampai saat ini saya yakin masih ada banyak hal yang Ananda belum saling
memahami. Latar belakang keluarga ananda berbeda, sosial budaya Ananda semula berbeda, dan sifat
kepribadian Ananda juga berbeda. Sebentar lagi Ananda harus hidup bersama. Sekiranya Ananda berdua
merasakan keganjilan dalam keseharian, maka sebaiknya tetap mengedepankan
berpikir positip. Hindarkan diri dari perilaku egois atau perilaku menang-menange dewe.
Kedua, para sesepuh kita dulu sudah sering mengingatkan seperti ini:
Urip
bebrayan iku, senajan wis digawe ati-ati nyatane isih kerep kesandung-sandung,
senajan wis digawe resik nyatane isih katon reget, senajan wis digawe taat
nyatane isih akeh katon lirwane, senajan wis digawe gampang nyatane isih angel
lakonane, senajan wis digawe seneng nyatane isih akeh susahe. Iku pratondo yen
saktemene urip bebrayan iku ora gampang lan ora biso dilakoni kanthi cara
ngge-gampang. Mulo, kabeh tumindak uirip iki kudu sarwo dipikir disik kanthi
ati-ati, ora mung dipikir piye carane, ananging ugo ditimbang-timbang piye
akibat tembe burine. Akeh wong sing kebat keliwat, kesusu, lan grusa-grusu tekade
luru untung, jebul tembe mburine malah mung nemoni buntung. Akeh wong sing
nggegampang rembug, tundane mung kagebug. Akeh sing nggampangake perkoro, tembe
mburine mung nemoni sengsoro. Kabeh wong
urip kudu ngerti kabeh iki. Supoyo biso mikir lan nimbang-nimbang tumindak sing
apik, mulo perlu nyedak marang wong sing kulino tumindak apik. Apik ono
ngarepe manungso sapodho-podho, lan apik ono ngarso Allah subhanahu wata’ala. Bebasan wong seneng nyedak minyak wangi,
upomo to ora melu wangi, sak oran-orane wis pernah ngerti gandane wangi. Ojo
pisan-pisan nyedak kebo gupak, durung kinaruan biso numpak, nanging gandane
apek wis mesti nular.
Ketiga, Sebaiknya dipahami pula Istri kita adalah bukan milik kita dan bukan
hamba kita. Ia adalah
milik Allah sekaligus hamba Allah yang diamanatkan kepada kita. Oleh karena
itu dalam suasana bagaimanapun, kita
tidak boleh berperasaan apalagi bertindak sak wiyah-wiyah. Di sinilah
Allah memberi tuntunan supaya kita memperlakukan isteri kita dengan prinsip mu’asyarah
bil ma’ruf (hidup berumah tangga yang saling asih, saling asah, dan saling
asuh dalam menghadapi tantangan duniawiyah dan ukhrawiyah). Kita tidak boleh
memperlakukan istri atau suami seperti kebanyakan orang membeli karcis di
gedung bioskop. Setelah karcis digunakan dan dia dapat menonton filmnya, lalu
karcis itu disobek-sobek dan dibuang
seenaknya begitu saja.
Ketiga, Ananda berdua dulu bayi, menjadi kanak-kanak, dan kemudian menjadi dewasa
seperti sekarang ini. Sejak dulu ayah dan ibu Ananda memiliki cita-cita yang
sangat luhur. Untuk mewujudkan cita-cita itu, maka beliau berdua paribasan
ikhlas nunjang palang prihatin rino wengi demi
anak-anaknya. Jerih payah beliau untuk Ananda tentu tak terhitung
jumlahnya. Beliau juga tidak berhitung
budi dalam membesarkan Ananda. Oleh karena itu, patuhilah pesan Allah anisy
kur lii wa li waa lidaiik. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu sebagai bagian dari wujud bersyukur kepada
Tuhanmu, yaitu Allah S.W.T.”. Orang tua Ananda di hadapan Allah hanyalah titah
sak wantah, maka wajar jika memiliki rasa cinta duniawi. Namun, sebaiknya
Ananda juga jangan keliru, sebab bukan harta benda itu yang menjadi harapan beliau
satu-satunya. Ayah dan Ibu Ananda tentu
ingin supaya usianya panjang, jasmaninya
sehat, amal dan imannya mantap serta kelak jika dipanggil ke hadirat Allah khusnul
khatimah. Keinginan seperti itu harus Ananda jawab bukan hanya dengan
kata-kata, tetapi dijawab dengan
perilaku kerja yang jujur, tindak-tanduk yang santun, salat yang tekun, dan hadiah doa-doa surga untuk hidupnya yang kelak
semakin renta.
Keempat, Ibu dan ayah Anda berdua memiliki kerabat-kerabat dekat, kerabat-kerabat
jauh, dan memiliki teman-teman karib di sekelilingnya. Ananda berdua juga memiliki saudara-saudara sekandung.
Oleh karena itu, jadilah Ananda berdua laksana tali yang berfungsi
mempererat kerabat-kerabat dan teman-teman karib tadi. Hampir tidak ada
artinya kejayaan hidup ini, jika kerabat-kerabat yang semula dekat menjadi
menjauh karena perilaku kita. Lebih rugi lagi jika orang-orang salih yang
semula dekat dengan kehidupan Ayah dan ibu Ananda menjadi jauh dari kehidupan
Ananda berdua. Dulu pernah nasihat dari sesepuh kita, ” Sak kurepe
langit, sak lumahe bumi durung pernah ono crito wong mulyo mergo wani lan
duroko marang wong tuo. Crito sing kerep
dirungu sewalike, akeh wong sing mulyo amargo ngabekti marang wong tuo. Sak
kurepe langit, sak lumahe bumi ugo durung pernah ono crito wong luhur drajate
mergo kerep derdah karo sanak sedulur lan tonggo teparone. Crito sing kerep
dirungu, wong podo luhur drajate mergo rukun, becik, lan lumo marang sanak
sedulur lan tonggo teparo.
Khusus kepada ...................., saya turut berpesan.
”Bila kelak biduk rumah tangga bertubrukan dengan benteng karang kehidupan,
bila impian-impian Ananda terkadang berselang dengan kenyataan yang pahit, bila
bukit-bukit harapan Ananda digoncang dengan gempa cobaan, maka sesunggunya segenap
keluarga ingin melihat Ananda tetap teguh di samping suami. Segenap keluarga ingin melihat Ananda tetap tersenyum
walaupun langit terasa mendung. Dan ketika saat-saat seperti itu tiba, maka
tidak ada yang paling bisa ngaring-ngaring pikir orang yang beriman,
kecuali Ananda bangun di tengah malam, mengambil air wudlu, dan sujud sambil
memohon pertolongan Allah SWT. Dan suami yang salih tentu akan ikut bangun dan
salat, seraya menengadahkan tangan dengan berdoa ; ya Allah, karuniakanlah
kepada kami, istri dan keturunan yang menenteramkan hati kami dan jadikanlah
kami penghulu orang-orang yang bertaqwa.
Ananda Hendra dan Arika yang berbahagia
Demikian pesan-pesan saya ini, mudah mudahan bermanfaat. Saya turut mendoakan,
Barakallahu laka
wa baraka alai’ka wa jama’a bainakuma fi khair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar